"Pak, ikutin mobil merah itu ya." Lila menepuk-nepuk pundak Abang-Abang berjaket hijau sambil menunjuk kearah sebuah mobil merah yang baru saja melaju.
"Yah neng, order dulu."
"Ondeeehh ga sempat, Pak. Yok Pak gas!"
"Ga bisa neng."
"Nanti saya traktir makan bubur ayam deh. Hmm... Sekalian saya isiin pulsa buat beli paket internet. Gimana?" Lila tidak ragu-ragu memberikan penawaran khusus buat si Abang ojek, asal dia berhasil membuntuti dua makhluk itu.
"Kenapa engga bilang dari tadi Neng. Naik neng naik. Mobil merah itu kan?" Kata si Abang ojek dengan semangat empat lima.
" Iya pak." Lila langsung duduk diboncengan.
"Emang didalem mobil ada siapa sih neng?" Kata si Abang ojek sambil menyalip-nyalip pengendara lain dengan lihai.
"Orang Pak."
"Ya masa hantu neng. Ooohh suaminya selingkuh ya Neng?"
"Iya kayanya Pak."
"Jaman sekarang emang susah cari yang setia Neng."
"Bapak setia gak?"
"Setia dong, Neng."
****
Lila sekarang berada di sebuah lobi, disana ia duduk bersama beberapa ibu-ibu hamil.
"Periksa kandungan juga ya, Mbak?" Tanya seorang wanita hamil yang baru datang dan duduk disamping Lila.
"Hah?"
Lila hanya menampilkan wajah kaget sambil mencerna apa yang dikatakan wanita itu yang sepertinya berusia sama dengannya. Akhirnya Lila hanya menggaruk belakang lehernya dan hanya tersenyum tipis.
"Suaminya engga ikut?" Tanya wanita itu lagi.
"Suami? Su su suami saya-"
"Ternyata saya engga sendiri, saya juga hamil diluar nikah Mbak. Pacar saya engga mau tanggung jawab." Ucap wanita itu sambil mengelus perut buncitnya.
"Sabar ya Mbak." Ucap Lila merasa tidak enak.
"Iya kamu juga ya, Mbak. Perut Mbaknya belum keliatan. Baru berapa minggu?"
Lila tidak tau harus menjawab apa. Ia sama sekali tidak tahu mengenai seputar kehamilan.
Tak berapa lama dua orang yang diintainya keluar dari ruang dokter kandungan. Kali ini Lila tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Ia telah melakukan penyamaran dengan meminjam jaket, topi serta kacamata hitam Abang Ojek yang setia menunggunya di parkiran rumah sakit demi semangkuk bubur ayam. Untungnya Lila juga memakai masker, otomatis Gani tidak akan menyadari keberadaannya.
Lila menatap tajam Karin yang merangkul lengan Gani dari balik kaca mata hitam yang ia kenakan. Bahkan sempat-sempatnya Karin menyandarkan kepalanya ke pundak Gani.
"Mbak saya duluan ya, saya tiba-tiba mual." Ucap Lila pada wanita disampingnya. "Semoga bayinya sehat dan lancar persalinannya ya Mbak." Ia memandang wanita itu dengan tulus, ia merasa kasihan dengan wanita itu. Ia tidak habis pikir dengan pria yang tidak bertanggung jawab seperti itu.
Memang di kasus ini kita tidak bisa menyalahkan si prianya saja. Karena sudah pasti mereka melakukannya atas dasar mau sama mau. Mereka juga pasti tahu akibat dari perbuatan itu, dan harus menanggung bersama. Karena berani berbuat harus berani juga bertanggung jawab. Bukan malah lari dari tanggung jawab dan malah membebani satu pihak.
Wanita itu mengangguk. "Makasih Mbak, Mbak juga ya semoga bisa lahiran normal."
Lila hanya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...