"Lilaaaaa..... "
"Liiiii..... Keluar dong, dek. Jangan dikamar terus." Vira mengetuk pintu kamar Lila, setelah sarapan tadi pagi, Lila cepat-cepat langsung mengurung diri lagi di kamarnya. Katanya dia takut Hani datang ke rumah, jadi dia memutuskan untuk berlindung didalam kamarnya.
Vira menekan knop pintu, ternyata pintu kamar Lila dikunci dari dalam.
"Dek, jangan gini terus dong. Hani engga ada, Papa udah ngurung Hani, dia engga akan datang ke rumah kita kok."
Vira hanya bisa menghela napas, lalu menuruni tangga menghampiri Kenza dan Gani diruang keluarga.
"Gimana Ma?" Tanya Gani. Vira menggeleng pelan.
"Engga mau keluar dia, bahkan jawab aja engga."
"Mama pegang kunci serep kamar Lila engga?"
"Ada sih Ken, kenapa memangnya?"
Kenza tidak menjawab malah bertanya lagi. "Mama letak dimana?"
"Dilaci nakas situ." Tunjuk Vira pada sebuah nakas yang tepat berada disamping Gani duduk. Kenza membuka laci, kemudian mencari kunci serep kamar Lila. Untungnya setiap kunci sudah diberi kode nama masing-masing sehingga Kenza tidak perlu waktu lama untuk mencarinya.
"Ini kunci kamar Lila." Kenza memberi kunci itu pada Gani.
Gani mengerutkan keningnya, bingung kenapa kunci kamar Lila dikasih padanya. "Buat apa?"
"Ya lo masuklah, ngobrol sama adek gue. Bujuk-bujuk dia biar engga kaya gini lagi. Hibur dia kek, terserah lo deh mau lo apain adek gue."
"Berdualah, Ken."
"Lo suaminya, bukan gue Gani."
"Entar gue diusir lagi, Ken. Terus kalau dia ngamuk-ngamuk gimana?"
"Lo mau buat dedek bayi gak?" Bisik Kenza, ia takut Vira mendengar. Dengan muka polosnya Gani mengangguk. "Ya udah samperin dia dikamarnya."
"Ma..." Rengek Gani pada Mama mertuanya. Vira mengangguk, itu berarti Vira juga setuju kalau Gani harus masuk kedalam kamar Lila.
"Mama takut kalau Lila gini terus lama-lama bisa stress dan gila. Kamu orang yang paling dia suka, Mama yakin kamu pasti bisa buat Lila balik ceria kaya dulu lagi." Vira menepuk pundak Gani. "Pergilah, bujuk dia."
Selama ini Gani bukan tidak mau berjuang atau mencoba untuk menemui istrinya itu, tetapi Gani hanya memberi waktu saja hingga Lila mau menerimanya lagi. Kalau bisa ya Gani akan menemui Lila disini setiap hari, atau bahkan menginap di rumah mertuanya itu. Tapi demi kesehatan mental Lila, Gani mencoba mengalah. Biarlah dia tersiksa dengan rindunya pada Lila, daripada harus melihat Lila yang akan memarahinya jika ia datang berkunjung. Baiklah, mungkin sekarang saatnya.
Disini Gani sekarang, tepat didepan pintu kamar Lila.
'Bismillah, lancarkanlah ya Allah.' Ucapnya dalam hati. Setelah tak terkunci lagi, dengan sangat pelan Gani membuka pintu kamar Lila. Untungnya Lila mencabut kuncinya dari dalam, kalau tidak sih mau tidak mau Gani harus menunggu Lila keluar kamar dengan sendirinya atau pilihan terakhirnya Gani harus mendobrak. Tapi, Gani tidak akan melakukan pilihan terakhir itu karena resikonya Lila pasti akan mengamuk lagi padanya. Datang bagus-bagus saja kepala Gani digetok pakai sendok sayur apalagi kalau sampai mendobrak pintu kamarnya, yang ada surat cerai langsung melayang ke mukanya.
Ia melihat gadisnya sedang tertidur dengan posisi memunggunginya. Gani menghampiri Lila dan duduk di tepi tempat tidur. Lila kelihatan sedikit kurus dari terakhir kali ia melihatnya, bahkan area kantung mata Lila sedikit berwarna gelap. Apa Lila akhir-akhir ini kurang tidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...