Matahari sudah tepat diatas kepala, mereka sampai di Pos 2 dan memutuskan untuk berhenti untuk makan siang. Kenza memberi beberapa bungkus roti kemasan kepada Lila. Mereka makan sambil ngobrol diiringi tawa, sementara Gani cuma tim nyimak doang.
Lanjut perjalanan lagi, trek kali ini agak lebih menanjak dan masih harus memperhatikan langkah, karena jalanan ada yang berlubang akibat tergerus air hujan dan berakar. Lila sudah mulai beradaptasi dengan kondisi trek yang dilewati, serta kali ini mereka berjalan lebih santai dan berkelompok, menjadikan suasana terlihat lebih seru bahkan kocak ketika ada pendaki lain yang membuat lelucon, tapi tetep bercandanya masih yang biasa saja bukan bercanda yang sembarangan.
Lila berjanji lain kali akan naik gunung lagi, karena naik gunung itu seru, bisa lebih kenal dengan banyak pendaki lain, walau tidak semudah yang dibayangkan.
Tak terasa mereka sampai di Pos 3. Di Pos 3 ini ada tenda kecil yang menjual berbagai macam jajanan dan gorengan. Lila pikir di gunung tidak ada yang jualan, ternyata ada.
"Nih, madu." Gani menyodorkan madu sachetan.
"Makasih Bang Gani." Lila menerima madu pemberian Gani. Sementara Kenza, Eky dan Reno duduk beberapa meter menjauh dari Lila karena mereka sedang merokok.
"Gigi Lila udah gada merah-merahnya lagi kan, Bang?" Lila menunjukkan deretan giginya.
Gani menyunggingkan senyum. "Enggak."
"Bisa senyum ternyata."
Gani menaikkan satu alisnya. "Apa?"
Lila menggeleng. "Engga papa Bang."
"Bang Gani udah sering naik gunung ya?" Tanya Lila setelah mereka saling diam.
"Lumayan." Singkat padat dan jelas jawaban Gani.
Ajak ngobrol balik kek. Gumam Lila dalam hati.
Lila bisa melihat beberapa pendaki lain yang ketiduran dengan bersandarkan carrier, ada yang sedang mengabadikan momen, dan ada yang duduk-duduk santai sembari mengobrol dengan satu kelompoknya.
"Gimana Li, udah taukan rasanya naik gunung itu gimana capeknya?" Tanya Kenza yang duduk disebelah Lila setelah menghabiskan rokoknya. Eky dan Reno pun ikut duduk didepan mereka.
"Iya sih Bang, capek emang. Tapi seru kok, lain kali Lila ikut lagi ya kalau Abang mau naik gunung."
"Males ih. Kamu ngerepotin, bawel dan rewel terus." Niat hati Kenza bertanya seperti itu biar Lila kapok dan ga akan ikut lagi, eh Lila malah nagih pengen ikut lagi.
"Bang Eky, Lila jadi kangen kasur nih." Kata Lila. "Tapi ngga ada yang ngangenin Lila." Lanjutnya.
"Hiyaaa.." Ucap Reno.
"Dasar jones." Ejek Eky .
Merekapun tertawa, Lila sudah akrab dengan Eky dan Reno. Selama perjalanan Lila sering mengajak ngobrol mereka berdua, tapi tidak pernah ngajak ngobrol Gani. Percuma juga Lila ngajak ngobrol, paling cuma dijawab singkat-singkat doang. Buang-buang tenaga Lila.
Reno dan Eky pun mendatangi tenda yang menjual jajanan tadi untuk membeli beberapa cup mie instan untuk mereka jadikan santapan.
Satu jam kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Pos 4, jalan menuju Pos 4 lebih nanjak dan terjal. Kali ini bukan hanya akar yang menjadi hambatan tetapi juga banyak batu-batu besar dan disisi kiri ada jurang, sehingga setiap pendaki harus saling membantu antara satu dengan yang lain. Kerjasama dan saling membantu itu penting ketika naik gunung dan ingat setiap berpapasan dengan pendaki lain, usahakan untuk saling menyapa, ya minimal memberikan senyum saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...