32. Lahiran (END)

14.7K 492 6
                                    

Gani merangkul pundak Lila yang sedang berkaca-kaca menatap bayi yang ada di depannya. Ingin sekali ia menyentuh bayi tersebut, namun terhalang oleh pembatas kaca. Selama proses operasi berlangsung, Lila terus memanjatkan doa dan sholawat Nabi. Alhamdulillah bayi berjenis kelamin laki-laki itu terlahir sehat dan tak kurang satu apapun.

"Lucu,"

"Iya," Gani menanggapi. "Kaya kamu."

"Pasti nanti mirip Mamanya."

"Tapi kayanya mirip Papanya deh." Sanggah Gani.

"Mirip Mamanya tau."

"Hidungnya mirip Papanya." Gani masih tak mau kalah.

"Tapi bibirnya kaya Mamanya." Lila lebih ngotot lagi.

"Kenape lah gaduh-gaduh disini?"

"Eh, Zul." Gani terkejut dengan suara Zulmi.

"Anak anak siape? Yang gaduh siape?" Zulmi geleng-geleng melihat kelakuan suami istri itu dan menghampiri mereka.

"Gimana keadaannya Kak Karin, Bang?" Tanya Lila pada Zulmi.

"Alhamdulillah, sekejap lagi die dah bisa pindah ke ruang rawat."

Gani dan Lila mengucap syukur. "Selamat ya, Zul. Udah jadi Ayah sekarang." Gani menepuk pundak Zulmi.

"Thanks, Gan."

"Sorry dah buat repot kalian bedua." Ucap Zulmi tidak enak hati karena Gani dan Lila lah yang membawa Karin ke rumah sakit tadi siang. Sementara Zulmi saat itu masih dalam penerbangan dari Malaysia.

"Gak papa,  Zul. Kalau ada apa-apa kabarin, ya. Papa sama Mama juga sebentar lagi sampai."

****

"Lucu ya Bang anaknya Kak Karin." Lila saat ini sedang berbaring di atas tempat tidur. Mereka memutuskan pulang setelah Karin sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Lila sempat memotret bayi lucu itu, dan sedari tadi ia senyum-senyum memandangi ponselnya.

"Iya, lucu kaya kamu." Gani yang baru saja selesai mandi ikut merebahkan diri di samping Lila.

"Jadi pengen."

"Pengen apa?" Tanya Gani.

"Bayi." Lila meletakkan ponselnya keatas nakas dan menarik selimutnya hingga keatas leher. Ia menatap langit-langit kamarnya, Lila sebenarnya sedih, karena sudah beberapa bulan ia menikah dengan Gani namun masih belum diberi kepercayaan untuk hamil.

Gani mendekat dan melingkarkan tangannya ke pinggang Lila. "Kita serahkan semuanya sama yang diatas ya, sayang. Mungkin kita dikasih kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dulu, lagian kan kita belum lama nikah."

"Tapi setelah lihat anaknya Kak Karin, Lila jadi pengen juga punya anak. Papa Madja juga keliatannya udah pengen punya cucu. Apalagi Abang kan anak tunggal pasti semua berharap Lila hamil."

"Percayalah semua ada waktunya, tapi mungkin nggak sekarang. Kita sudah berusaha, tapi kalau yang Maha Kuasa berkehendak lain kita bisa apa. Perbanyak doa saja dan jangan dibuat pikiran, ya."

"Tapi Abang sabar kan? Jangan gara-gara Lila belum hamil, Abang malah kawin lagi."

"Astaghfirullah, nyebut sayang. Abang cintanya udah mentok di kamu."

"Yakin?"

"Belah aja nih dada Abang, di dalamnya ada nama kamu pake huruf besar semua. Jangankan mau masukin nama cewek lain, mau nambahin tanda titik juga gak muat lagi."

"Idih si tukang gombal. Dulu aja sok-sok jual mahal, sekarang bucin ye, Bang."

"Dulu sama sekarang beda dong, sayang. Suruh siapa kamu bar-bar banget, sampe merengek minta dipacari segala lagi."

"Ya kalau nggak kaya gitu kita nggak bisa bobok bareng kaya sekarang, Bang Gani cintaku sayangku."

Gani mencubit puncak hidung Lila karena gemas. "Pinter banget ya jawabnya, istrinya siapa sih ini?"

"Istri Refal Hady lah. Pake nanya lagi."

Gani melepaskan tangannya dari pinggang Lila dan mengubah posisinya jadi memunggungi Lila.

Lila memutar bola matanya, ia mendekatkan diri pada Gani dan memeluk Gani dari belakang. "Uluh uluh gitu aja ngambek."

"Jadi kamu milih Refal atau Abang?"

"Hmmm..... "

"Udahlah nggak usah dijawab, Abang ngantuk mau tidur."

"Cintanya Lila ke Bang Gani udah mentok." Bisik Lila tepat di telinga Gani.

"Yakin?" Dengan cepat Gani mengubah posisinya lagi jadi menghadap ke Lila.

"Belah aja nih dada Lila, di dalamnya ada nama Abang pake huruf besar semua. Jangankan mau masukin nama Refal Hady, mau nambahin tanda titik juga gak muat lagi." Jawab Lila menirukan perkataan Gani sebelumnya.

Gani tidak bisa menahan senyumnya. Sepertinya ia akan tidur dengan full senyum malam ini. Ia tidak menyangka menikahi Lila akan semenyenangkan ini. Lila selalu membuat mood Gani jadi bagus setiap harinya.

"Sekarang tidur ya." Gani mengecup kening Lila dengan sayang dan membawa Lila ke dalam pelukannya.

-END-

Terimakasih sudah baca sampai sini, kita ketemu di ceritaku yang lain ya.

Jangan lupa mampir di lapak sebelah judulnya "JAVAS".



GANINDRA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang