14. Keramas

9.2K 480 9
                                    

"Kamu wangi." Gani mengacak rambut Lila, lalu melangkah keluar meninggalkan Lila yang masih pasang muka melongo. Tetapi belum sempat Lila beranjak pergi, sang tersangka yang membuat Lila megap-megap kembali masuk ke ruangan itu.

Mau apa lagi dia?

"Jangan lupa keramas hehe," Ucapnya lalu melangkah pergi dengan kekehan mengejek dari mulutnya.

Apa katanya? Keramas?

Astaga, Lila malu sekali rasanya. Padahal Lila ingat betul, baru semalam sore ia mengeramasi rambutnya. Daan... Dan... Jadi apa maksud dia wangi tadi? Ah dasar Ganindra manusia jahannam. Sudah membuat Lila melayang sampai ke kayangan milik Mimi peri, kini ia langsung dijatuhkan ke dasar lautan terdalam palung Mariana. Oke, dan Lila pun sepakat dengan dirinya sendiri untuk memasang mode silent hari ini. Ia bertekad tidak akan merespon manusia paling menyebalkan itu.

Sepertinya sepulang kerja nanti, ia harus singgah dulu ke Indoapril atau Alpa-april untuk mencari shampoo dengan harga termahal dan aroma wanginya yang tahan lama.

***

Ganindra bingung dengan sikap Lila,  karena seharian ini Lila tidak seperti biasanya. Lila bahkan seperti tidak menganggap Gani ada. Sewaktu Gani mengajaknya berbicara pun, Lila pura-pura tidak mendengar dan terus mengacuhkan Gani. Gani merasa ia tidak ada melakukan kesalahan, oh Gani tau mungkin saja gadis itu sedang kedatangan tamu bulanannya.

"Li, Abang pinjam motor kamu boleh?" Gani sekali lagi mencoba berinteraksi dengan Lila.

Krik krik..... (Suara jangkrik)

"Li," Gani memegang lengan Lila, menghentikan aktivitas Lila yang sedang membersihkan meja. Tanpa mengeluarkan satu katapun Lila merogoh sakunya mengeluarkan kunci motor dan meletakkan kunci motornya begitu saja ke atas meja.

Gani meghela napas, ia mengambil kunci itu dan keluar ntah kemana. Begitu Gani tidak ada, Lila pun menyemburkan tawanya. Sungguh, Lila tidak tahan melihat Gani yang seharian ini berusaha berinteraksi dengannya. Bagaimana tidak, Lila yang sangatlah bucin ini berusaha menahan diri agar tidak luluh begitu saja. Bahkan hanya dengan melihat Gani yang mondar mandir di sekitarnya saja membuat Lila tidak tahan ingin menggodanya seperti biasa. Tapi, demi harga diri yang sudah dijatuhkan oleh seorang Ganindra Aksadaru, Lila harus menahannya. Suruh siapa cari gara-gara sama Lila.

Setengah jam kemudian, Gani kembali dengan membawa beberapa bungkus makanan yang sebagian dibagikan ke para karyawannya. Bahkan hanya dengan melihat logo yang ada di bungkus makanan itu, Lila bisa tahu apa isinya. Malah Lila memang dari semalam pengen makan itu lagi. Kan jadi pengen.

"Ikut Abang ke atas." Perintah Gani pada Lila. Lila masih mematung ditempatnya berdiri. Gani yang sudah berjalan beberapa langkah pun akhirnya putar balik dan meraih tangan Lila untuk mengikutinya ke lantai dua tepatnya ruangan kerja pribadi milik Gani.

"Kaya orang tua aja kamu, harus digandeng begini baru mau jalan?"

"Diem-diem bae Mbak? Belom ngopi?"

"Orang yang anda ajak ngobrol, tidak merespon. Coba beberapa saat lagi." Gani terus ngomel tidak jelas. Lila memutar bola matanya malas, benar-benar tidak disangkanya pria semacam Gani yang dulunya sangatlah cuek bebek kini jadi manusia random dan receh.

"Ku punya pacar, tapi malas sekali, bikin kesal sekali, Kalau begini, terus begini lama-lama jalan sama kamu kubisa jadi-" Bahkan sempat-sempatnya Gani menyindir Lila dengan lagu milik T2 bahkan liriknya kurang lagi. Gani menghentikan nyanyiannya lalu menoleh ke belakang.

"Jadi apa? Hmm?" Lila menaikkan satu alisnya.

"Ku bisa jadi sayang, benar-benar sayang." Gani melanjutkan liriknya asal. "Akhirnya bisa denger suara kamu." Gani mengacak rambut Lila.

GANINDRA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang