Jangan lupa vote sebelum membaca 🥰!
______________365 Diksi_____________Suara dengkuran halus itu lagi-lagi yang menemani kesunyian malamnya, Dengan sepasang mata yang sembab serta derai air yang sedari tadi menetes disana, gadis pemilik pipi cabi itu menyandarkan kepalanya diatas meja belajar.
"Poci ... Kenapa mereka selalu bilang aku pembawa sial?" tanyanya pada seekor kucing peliharaannya yang berada tepat di depan wajahnya.
"Dasar anak pembawa sial!"
Ia belum bisa melupakan pernyataan itu, hatinya sudah terlalu hancur bahkan kadang Aylin pun berpikir tentang hal yang sama, bahwa dirinya memanglah pembawa sial, bukan tanpa alasan, kedua orang tuanya pun hampir setiap hari bertengkar karenanya.
"Andai aku bisa menghilang saat ini juga Ci ..." lirihnya seraya mengelus-elus tubuh Poci.
Kilatan petir terlihat jelas terpantul dari kaca jendela kamarnya, lampu yang redup, sangat mendukung suasana hatinya yang sedang luluh lantak, apa lagi tangisan langit kelam diluar yang semakin deras kian membawanya terlelap dalam gundah.
Kini gadis itu beranjak keatas ranjang tempat tidurnya, tak lupa membawa Poci, tangan mungilnya menarik kelambu putih penutup ranjang agar tubuhnya tak terlalu dingin, dari kecil Aylin sudah menggunakan kelambu untuk kamarnya selain menghemat pembelian obat nyamuk, ia juga merasa lebih nyaman karena tak perlu menghirup asap setiap harinya.
Tok tok tok!
Seseorang terdengar mengetuk pintu kayu kamarnya.
"Ay, kita makan malam yuk!" seru seorang wanita dari balik sana.
Aylin terperanjat, gadis itu cepat-cepat mengusap air matanya, ia berusaha keras agar tak terisak lagi.
"Iya Ami, sebentar," ujarnya dengan suara bergetar.
Setelah mendengar respon dari putrinya, wanita paruh baya yang mengenakan daster merah marun itu tak langsung pergi, telinga dan perasaannya tak bisa di bohongi, tak tahu mengapa Ratna merasakan sesuatu yang tidak mengenakan, tak ingin lebih penasaran lagi, ia pun membuka pintu tersebut dan menghampiri Aylin.
"Kamu kenapa Ay?" tanya wanita itu sangat lembut seraya mengelus kepala putrinya yang tengah berbaring.
Alih-alih menjawab Aylin justru beranjak dari tidurnya, gadis cantik itu langsung memeluk erat tubuh sang Ibu.
"Ay ..."
Aylin tak mengerti harus berkata apa, bahkan ia sendiri tak tahu kenapa bisa sesedih ini, padahal kata-kata yang ia dengar sehari penuh memang kenyataannya, namun apa salah jika ia sakit hati?
"Ami ..." panggil gadis itu pelan.
"Iya sayang?" Ratna masih membiarkan Aylin berada dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Diksi [ENDING]
Teen Fiction"Katanya semua orang pasti akan berubah, tapi kalau aku minta pada Tuhan untuk tidak merubah apapun tentang kita apa kamu akan menetap?" _Aylin_ _________________🥀_____________________ "Bodoh!" Bugh! "Anak tidak...