Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!
______________365 Diksi______________Tidak mungkin, mana bisa ia menaruh rasa pada sahabatnya sendiri, ingatannya pada ucapan Aminya semalam tak bisa di hilangkan, sampai-sampai gadis itu tak sadar bahwa teko yang ia buat menyirami bunga di halaman rumah sudah tidak ada airnya.
"Kenapa aku jadi mikirin Zio mulu ih," gumamnya lalu meletakkan teko merah itu teras rumah sebelah tiang, ia kemudian masuk kedalam rumahnya.
Karena hari ini hari Minggu dan sekolahnya libur, kegiatan Aylin hanya di rumah saja, seperti anak-anak gadis lainnya, menyapu, membantu Aminya di dapur dan belajar, biasanya juga di lanjutkan dengan menjalankan hobinya seperti menulis atau melukis sepanjang hari.
*****
Sementara itu di tempat lain dengan rasa takut Zio mengetuk pintu rumah megah berarsitektur modern tropis itu, rumah bercat cream tersebut memang sering sepi karena penghuninya juga jarang di rumah, tapi kali ini lelaki itu begitu yakin bahwa Shaina pasti ada di dalam, karena jendela samping semuanya terbuka.
"Assalamualaikum ..."
"Shaina!" panggilnya masih mengetuk pintu.
Selang beberapa saat gadis bertubuh jenjang itu keluar membukakan pintu, wajah pucat yang melongo melihat siapa yang berdiri dihadapannya, yah lelaki yang ia cintai.
"Zio?"
"Iya."
"Tumben kesini?" tanya gadis itu sedikit heran.
Sejak dimarahi Oma Lastri beberapa hari lalu kan lelaki bertubuh tinggi itu sepertinya sangat kecewa dan seolah tak ingin menginjakkan kaki di rumah itu lagi, namun tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja Zio ke rumahnya.
"Iya nih, gue boleh ngajak lo main ga?" tanya lelaki itu balik, dari ekspresinya ia masih nampak tegang dan ragu.
"Ha?" Otak Shaina cukup lambat menerima kata-kata Zio tadi, rasanya seperti mimpi, ia tak salah dengar kan?
"Ga boleh ya?"
Bukannya gimana-gimana, tentu saja ia senang bukan main, tapi lagi-lagi bila di rasa ini semua tidak mungkin, karena gadis itu tahu sendiri bahwa Zio hanya mencintai Aylin bukan dirinya.
Apa perasaan lelaki itu sudah berubah?
"Boleh ko boleh," jawabnya cepat.
"Oma kamu ga marah?"
"Oma lagi pergi, santai aja," jelas Shaina berusaha menenangkan Zio, ia mengerti wajar jika Zio takut pada Neneknya.
Shaina segera mengunci pintu dan pergi ikut bersama sahabatnya itu menaiki sepeda, entah lelaki itu mau membawanya kemana pagi-pagi begini, yang jelas saat ini adalah moment paling menyenangkan baginya, bagaimana tidak? Baru kali ini ia bisa di bonceng sepeda berdua dengan Zio, tanpa ada Aylin.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Diksi [ENDING]
Teen Fiction"Katanya semua orang pasti akan berubah, tapi kalau aku minta pada Tuhan untuk tidak merubah apapun tentang kita apa kamu akan menetap?" _Aylin_ _________________🥀_____________________ "Bodoh!" Bugh! "Anak tidak...