34. SAMA-SAMA TERLUKA

387 109 205
                                    

Hai mantemannn!

Jujur Onty ga tau mau ngasih judul apa di chapter ini😭 pokonya hrus baca sampe akhir!

Jan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Jan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____________365 Diksi_______________

Waktu seolah berhenti berputar, hanya suara tangisan yang mengiringi perjalanan menuju rumah sakit, setelah cukup lama mobil Pajero hitam itu terjebak macet, akhirnya beberapa mobil didepannya mulai melaju lagi, tanpa membuang waktu Syafudin segera menancap pedal gas.

"Cepetan ya Din! Ami ga mau kehilangan Aylin," perintah Ratna sambil memeluk erat tubuh dingin putrinya.

Entah mengapa perjalanan terasa begitu lama tak seperti biasanya, suasana didalam mobil pun penuh ketegangan bahkan untuk bernapas saja Udin merasa sesak.

Tak menghiraukan beberapa mobil dan kendaraan roda dua disekitarnya pemuda itu terus memacu penuh kecepatan mobilnya, kendati ia belum begitu lihai mengendarai benda tersebut tetapi tidak ada pilihan lain karena ini soal nyawa seseorang.

*****

Sesampainya di rumah sakit Syafudin cepat memarkirkan mobilnya lalu menggendong tubuh Aylin menuju pintu utama, seketika lelaki itu langsung berteriak memanggil para perawat disana di bantu oleh Ratna yang berjalan disampingnya.

Dua orang wanita yang berprofesi sebagai perawat berlari dari arah berlawanan membawakan hospital bed, tanpa membuang-buang waktu lagi pemuda itu segera meletakkan tubuh mungil Aylin diatas sana, ke empat orang itu pun lantas menuju ruang IGD.

"Maaf sebaiknya Ibu dan Kakak dapat menunggu di luar dahulu," ujar salah satu suster yang mengenakan seragam atasan putih, celana dan hijab senada.

Jujur Ratna tak bisa membiarkan putrinya sendirian di sana, ia tak melewatkan sedetik pun waktu bersama putrinya saat ini. Tetapi, apa yang ia bisa perbuat sekarang? Mungkin ini yang terbaik.

Melihat para perawat itu memasukan tubuh putrinya dalam ruangan penuh berbagai alat itu rasanya seperti mimpi, anak gadisnya yang kuat dan selalu ceria kini harus terbaring lemah tak berdaya.

Ya Allah jangan ambil dia dulu, aku mohon ... Doanya dalam hati menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Andai suaminya saat ini ada bersamanya, mungkin pria itu bisa sedikit menenangkan perasaannya yang kalut dan hancur, rentang waktu belakangan banyak sekali kejadian buruk yang menghantamnya bertubi-tubi.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang