30. 300.000

325 114 109
                                    

Holaaa!

Kembali lagi bersama Onty Cya di cerita acakadul ini hhe, hampir aja Onty lupa klo ini hari Senin😭 langsung aja deh klo gtu👇

Ettsss jangan lupa budayakan vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ettsss jangan lupa budayakan vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____________365 Diksi_______________

Rinai hujan yang mengiringi senja kali ini lebih dingin dari biasanya, semburat jingga di ufuk sana tak lagi indah seperti hari-hari sebelumnya, di teras rumah bercat serba putih seorang gadis mungil berhias jepit rambut kebanggaannya menengadahkan kedua tangannya ke arah langit, membiarkan butiran-butiran air menyentuh kulit lembutnya.

Seperti ditusuk, cairan bening yang terjatuh dari lembaran sendu kelabu itu seakan merasuk, tak hanya menyentuh tubuhnya tetapi juga membasuh hatinya, sesekali sepasang mata sipitnya melirik kearah teras sebelah kanan.

Di kursi berbahan kayu ukir itu mengingatkannya pada sang Ayah, Pria yang selalu menghabiskan senjanya bersama gitar coklat kesayangannya, menikmati segelas kopi hitam, bernyanyi dengan lantang, dan kini tiba-tiba semua itu telah menghilang meninggalkan ruam luka yang teramat dalam.

"Dunia ini keras, kalau kamu lembek sampai kapanpun kamu akan selalu di tindas."

Sebuah pesan yang sampai sekarang masih melekat erat dalam memorinya, meski Pria itu begitu angkuh dan keras. Namun, terkadang Ardi juga bagaikan guru yang handal untuk membentuknya menjadi gadis kuat, karena itu tahu di balik sikap Ayahnya yang tegas ada rasa sayang yang amat luas.

"Jangan cengeng!"

"Dengerin saya! Dunia tidak akan mengasihanimu hanya dengan air mata, mereka hanya akan menghargai mu ketika kamu menguntungkan untuk mereka, setelah itu siap-siap saja untuk terbuang," jelas Ardi seraya memegangi kedua bahu putrinya, pria itu menatap lekat sepasang netra gadis berusia tujuh tahun tersebut.

"Tidak ada yang ingin merugi, semua orang itu butuh keuntungan," lanjutnya.

Gadis berpakaian dress tille warna pink itu hanya mengangguk-angguk, entah apa yang Ayahnya katakan yang jelas ia belum paham apa-apa.

"Hapus air mata kamu! Belajar untuk tegas," titahnya memberikan sebuah sapu tangan putih.

"Kalau ada yang ngebully kamu lagi lawan saja! Kamu punya hak seperti teman-teman mu yang lainnya, saya yakin dan kamu juga harus berusaha untuk lebih dari mereka, sekali saja tolong banggakan saya," ujarnya nyaris berbisik lalu mengelus rambut putrinya.

Setidaknya malam itu pernah menjadi sejarah bagi Aylin, karena mendapat ilmu dan nasehat dari sang Ayah tanpa dipukul dan dicaci maki.

Tanpa sadar air matanya kini ikut mengalir bersama air langit yang masih terus terjun membasahi bumi, Aylin menarik napas panjang kemudian meletakkan kedua telapak tangannya yang basah diwajahnya.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang