20. BERUBAH

321 119 33
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____________365 Diksi_______________

Sama halnya seperti pagi tadi, saat pulang sekolah Zio tak bersuara sedikitpun, apalagi setelah perkataan lelaki itu dipesan WhatsApp ketika jam istirahat, Aylin juga tak enak ingin membonceng sepeda sahabatnya tersebut untuk pulang sekolah.

Melihat Aylin sudah berdiri dihadapannya pun Zio enggan untuk menyapa atau sekedar menawarkan tumpangan, bahkan lelaki itu tak mau menatap Aylin sama sekali.

"Din, aku naik angkot aja ya, kan tadi pagi juga udah numpang Zio," ujar gadis itu berusaha untuk tetap ceria.

Mendengar hal itu Udin merasa amat malu, ia tak habis pikir dengan sikap Kakak laki-lakinya yang mendadak berubah begini, "Jangan Ay, kan disini susah nyari angkot, Lo bonceng gue aja," titah lelaki itu.

"Sepeda Udin kan ga ada boncengannya," balas gadis itu lalu terkekeh.

Alih-alih menurunkan sedikit egonya, Zio malah mengayuh sepedanya cepat meninggalkan kedua remaja itu.

"Yang sabar ya Ay," ujar Syafudin turut prihatin melihat Kakaknya yang berlalu begitu saja.

Tergambar jelas kesedihan di mata gadis pemilik pipi chubby itu, namun senyumnya tetap saja merekah pada bibir tipisnya.

"Gue temenin jalan kaki aja gimana Ay?" tanya lelaki bergigi kelinci itu.

"Ga apa-apa Din, duluan aja, ntar aku kan bisa nelpon Ami," tolak gadis itu.

"Beneran?"

"Iya, duluan aja."

Masih dengan perasaan tak nyaman lelaki itu pun akhirnya menuruti perkataan sahabatnya, terpaksa Udin meninggalkan gadis itu, semoga saja Aylin betul-betul menelpon Ami Ratna.

*****

Sesampainya di rumah Zio segera mencium pipi Mamanya yang tengah duduk di teras, lelaki itu mengerutkan keningnya memandang sebuah kain di tangan Wanita berhijab merah tersebut.

"Mama nyulam?" tanyanya takjub melihat hasil sulaman benang yang indah berbentuk bunga dan dedaunan itu.

Sandra mengangguk melambungkan senyuman manisnya, "Gimana menurut kamu?"

"Ini sih keren banget Mah," ujar Zio jujur.

Selang beberapa saat Udin memarkirkan sepedanya garasi samping rumah, dan menghampiri Mama bersama saudaranya itu, wajahnya terlihat kusut terlebih ketika melihat Zio Abangnya.

"Assalamualaikum," salamnya seraya mencium tangan Sandra.

"Waalaikumsalam," jawab wanita paruh baya yang mengenakan kacamata tersebut.

Namun agaknya kedua putranya sedang ada masalah, ia bisa merasakan hal itu, karena Zio tiba-tiba masuk kedalam rumah padahal adiknya baru saja tiba, meski sering ribut tapi sikap mereka betul-betul beda kala itu.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang