29. PERPISAHAN

386 112 92
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____________365 Diksi_______________

Sinar baskara siang ini cukup terik menyingkirkan gumpalan-gumpalan putih yang menggantung di langit. Namun, agaknya harinya tak secerah nabastala, nyatanya kedua remaja itu harus dihadapkan dengan hal yang mungkin akan lebih menyakitkan.

Dari kejauhan netra Syafudin menangkap sesuatu, pemandangan yang tak biasa dijalan depan rumah Aylin, yaitu sebuah mobil polisi terparkir disana.

"Ay kok di depan rumah lo ada mobil polisi?" tanya lelaki yang masih menuntun sepeda warna hitamnya itu seraya menunjuk ke arah sebuah mobil.

Aylin menyipitkan matanya mencoba melihat lebih jelas lagi, "Ah yang bener Din?"

"Iya itu loh!" tunjuknya sekali lagi menggunakan jari telunjuknya.

Tanpa berpikir panjang gadis mungil itu segera berjalan menuju rumahnya, karena penasaran Udin pun ikut dibelakang sahabatnya tersebut.

Betapa tercengangnya kedua remaja berseragam putih abu-abu itu menatap seorang pria paruh baya yang diseret paksa oleh petugas kepolisian, para lelaki gagah dengan senjata api disaku celananya sudah siap memasukan tawanannya kedalam mobil.

Pria berambut sedikit ikal dan berkumis tipis itu hanya bisa pasrah di iringi tangisan sang istri yang henti mencoba meraih tangan suaminya, sia-sia polisi-polisi itu terlalu gagah untuk di lawan.

"Ayah!" teriak Aylin berlari ke arah Ardi.

Gadis itu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas perasaannya kini hancur lebur menatap Pria dihadapannya, penuh keberanian Aylin menembus segerombolan polisi yang hendak memborgol kedua tangan Ardi.

Seketika Ardi langsung memeluk erat tubuh putrinya, bercucuran air mata pria itu mencium kening Aylin, degup jantungnya begitu terasa, hangat, tenang, hal yang selama ini belum pernah gadis itu rasakan.

"Ayah ... Kenapa Ayah di tangkap?" tanya putrinya itu terdengar lirih.

Tak ada jawaban dari Ardi, pria itu mengecup kening putrinya sekali lagi, mulutnya tak mampu menjelaskan apa-apa.

"Ayah, jawab ..."

Cairan putih itu perlahan mengalir dari mata sayu Aylin membuat pandangannya semakin buram, ia tak bisa membendungnya lagi, ia tak mau kehilangan sosok Ayah yang baru saja ia temukan.

Pria itu meletakkan kedua telapak tangannya di kanan dan kiri pipi Aylin, menatapnya lekat lalu berujar, "Ayah titip Ami ya."

Singkat, tetapi entah mengapa kata-kata itu teramat sakit ia dengar, bukankah selama ini gadis itu tidak terlalu menyukai Ayahnya yang kejam?

"Jangan tinggalin kami Yah ..." mohonnya menggenggam erat kedua tangan sang Ayah.

Namun, selang beberapa saat kemudian para aparat kepolisian itu kembali menarik paksa tubuh Ardi, melepasnya dari cengkeraman mungil Aylin.

"Maafin Ayah ya Nak, Ayah belum bisa jadi orang tua yang baik buat Aylin," ujarnya dengan nada suara yang bergetar.

Dadanya seakan dihantam batu-batuan besar, sungguh sesak bahkan untuk berteriak pun tak mampu, Ayah yang selama ini begitu asing kini rasanya seperti sosok yang amat penting baginya.

Kenapa ya Allah?

Kenapa Aylin harus dipisahin dari Aysh?

Pertanyaan itu berulang kali terbesit di benak Aylin, yah tentu saja gadis itu merasa tak adil, ingin marah juga tak tahu pada siapa.

Jujur pikirannya sekarang kacau, memandang pria itu dimasukkan kedalam mobil polisi berwarna hitam dengan borgol yang mengikat kedua tangannya, sangat sakit. Perlahan sang Ayah mulai menghilang dari pandangannya, mobil itu pun mulai melaju meninggalkan sebuah luka disana.

Sementara itu Udin masih bergeming berdiri tak jauh dari Aylin, ia dapat melihat dari raut wajah sahabatnya tersebut begitu terpukul.

"Ayah kenapa Mi?" tanya gadis mungil itu pada Aminya.

Mendengar suara parau putrinya Ratna lantas mendekap tubuh ringkih Aylin, keduanya terisak.

"Ayah ikut terseret kasus p-peni-puan Ay," jelas Ratna terbata-bata.

Mendengar hal itu Aylin makin tersedu-sedu, ia merasa semua ini karena kesalahannya, gara-gara penyakitnya Ardi harus mendapatkan uang lebih untuk biaya pengobatannya.

"Gara-gara Aylin ya Mi? hiks ..."

Deg!

Pertanyaan apa itu? Jantung Ratna seolah berhenti, sudah cukup perih rasanya harus berpisah dengan Ardi.

"Engga Ay, engga," tekan wanita berkemeja coklat susu itu belum melepaskan pelukannya.

"Aylin ga mau pisah sama Ayah," rengeknya.

Ratna memegang kedua bahu putrinya perlahan melepaskan dekapannya, wanita itu membisikan sesuatu di telinga Aylin.

"Insya Allah semua akan baik-baik saja, kita doain Ayah semoga Ayah terbukti tidak bersalah ya," bidiknya berusaha menenangkan putri semata wayangnya.

Tanpa disadari menyaksikan Ibu dan anak itu air mata Udin ikut terjatuh, sepedanya digeletalkan ke tanah begitu saja, baru kali ini ia merasa se tidak berguna itu, bahkan kehadirannya bak batu tak bernyawa.

*****

"Diminum dulu Mi, biar Ami lebih tenang," ujar Syafudin sembari menyodorkan segelas air putih pada Ami Ratna yang tengah duduk di kursi kayu ruang tamu rumahnya.

Matanya terlihat sembab dan membengkak pun Aylin juga demikian, gadis itu berdiri mematung di pojok ruangan sebelah Aminya, ia masih tidak menyangka kejadian seperti ini menimpa keluarganya.

"Terima kasih ya Udin, maaf Ami jadi merepotkan," ujar wanita paruh baya dengan gaya rambut digelung ke belakang itu seusai meneguk air.

Udin menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Ga apa-apa Ami."

"Kalau Ami butuh apa-apa insya Allah Udin siap membantu, Udin pulang dulu ya Mi," lanjutnya tersenyum ramah.

"Iya Din," balas Ratna.

Lelaki itu mulai mengangkat kakinya menuju pintu keluar, sebetulnya ia masih belum tega meninggalkan kedua perempuan tersebut, tapi kotoran di perutnya sudah tak kuasa lagi kalau harus menunggu lebih lama.

Tak disangka belum sampai keluar dari teras rumah tangannya seperti ada yang menarik, cepat lelaki bergaya rambut curtain haircut itu menoleh kebelakang, ternyata gadis berkacamata yang merupakan sahabatnya sudah berdiri tegak disana.

"Kenapa Ay?" tanyanya serius memandang wajah Aylin yang pucat dan kedua mata sembab.

"Jangan kasih tau hal ini ke Zio ya," pinta gadis itu penuh harap.

Syafudin tak mengerti jalan pikiran Aylin, bukankah Zio adalah orang penting di hidupnya? Dan dari dulu pun mereka saling berbagi cerita? Lantas mengapa sekarang berbeda?

"Kenapa?"

Aylin terdiam, sulit untukmu mengatakan hal ini, selang beberapa detik gadis itu pun mencoba untuk bersuara.

"Aku ga mau merusak suasana," jawabnya singkat.

Dalam keadaan seperti ini pun lo masih mentingin orang lain Ay? batin lelaki itu betul-betul tak habis pikir.

"Please," mohonnya sekali lagi.

Melihat kegigihan gadis itu tak mungkin ia tega menolaknya, yah hanya dengan cara ini juga lelaki itu bisa sedikit meringankan beban pikiran Aylin.

"Lo tenang aja, gue ga bilang kok," ujar Syafudin lalu tersenyum tipis.

_________________🥀__________________

2021-11-03-13-05-11
Tgl publish: 12 November 2021.


365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang