4. CINTA, BERHENTI ATAU BERJUANG?

651 190 29
                                    

Hai, gimana nih kabarnya hari ini?

Alhamdulillah aku bisa up rutin tiap hari, supaya kalian juga lbih enak bacanya, so jngn lupa vote dulu ya sebelum membaca 🥰!

Langkahnya terhenti persis di samping dinding penyekat dapur dan ruang makan, netranya terperangah melihat sepasang manusia yang tengah beradu mulut, tampak diantara keduanya amarah yang sama-sama berkobar tak mau kalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkahnya terhenti persis di samping dinding penyekat dapur dan ruang makan, netranya terperangah melihat sepasang manusia yang tengah beradu mulut, tampak diantara keduanya amarah yang sama-sama berkobar tak mau kalah.

Pria berkepala empat itu mengeraskan rahangnya, "Kamu pikir cari kerja itu gampang?!"

"Bilang saja kamu ga bisa cari kerja!" sahut seorang wanita yang mengenakan daster hitam dengan nada lebih tinggi.

"Kamu itu jadi istri cuma bisa merendahkan suami! Kamu pikir uang untuk makan selama ini dari siapa? Itu bsaya yang sudah payah!"

Wanita bernama asli Ratna itu kini hanya bisa terdiam, batinnya mulai tersadar pertengkaran mereka sudah berlangsung cukup lama.

"Semua ini gara-gara anak kamu yang cacat itu, kalau saja dulu kamu-"

plak!

Belum sampai selesai ucapan itu dari mulut Ardi suaminya, Ratna menampar keras pipi kiri pria bertubuh kekar dihadapannya, ia tak mau mendengar kelanjutan perkataan tadi, yang terlalu menyakitkan bagi seorang Ibu.

"Jaga mulut kamu!" tekannya menusuk sinis suaminya menggunakan mata tajam miliknya.

Setengah jam lebih suami istri itu tak menyadari kehadiran putrinya, Aylin kira setelah tamparan itu cekcok orang tuanya akan berakhir, ternyata dugaannya salah, keduanya malah semakin menjadi-jadi.

Gadis itu tak mampu melakukan apa-apa, percuma jika ia melerainya semua usahanya hanya akan sia-sia, Ratna dan Ardi bukan sekali dua kali seperti ini, bahkan setiap hari, sampai-sampai itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Aylin.

"Anak kamu itu memang cacat!"

plak!

"Berani kamu nampar suami?!"

Lagi-lagi dan lagi, tak habis-habis telapak tangan itu mendarat di wajah suaminya, Ardi kian geram sehingga membuatnya pun ikut bermain tangan, gerakan cepat mendorong tubuh ringkih Ratna sampai terbentur dinding.

"Stop!"

Teriakan itu tentu saja tak asing di telinga mereka berdua, suara yang khas sedikit cempreng seketika membuatnya mematung, dua pasang manik yang kini terfokus pada gadis mungil berseragam SMA dengan pipi banjir air mata.

Hati siapa yang tak hancur ketika melihat orang tuanya berseteru setiap hari? Rasanya gerbang perceraian itu terbuka lebar dan keluarga harmonis yang selama ini ia rindukan hanyalah angan belaka, kata perkata yang amat tajam menggores batinnya seakan penyebab masalah-masalah dalam keluarganya hanyalah dirinya, kenapa harus cacat? Aylin tak pernah meminta pada Tuhan untuk dilahirkan seperti itu.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang