37. SALAH SATU YANG PERGI

432 82 133
                                    

Haii mantemannn!

Balik lagi sama Onty Cya 🥰

Sebelumnya maaf ya kalo Onty up nya telat mlu dan blm bsa sesuai dengan target, tapi insya Allah secepatnya Onty bakal up rutin lagi ko✌️.

Sebelumnya maaf ya kalo Onty up nya telat mlu dan blm bsa sesuai dengan target, tapi insya Allah secepatnya Onty bakal up rutin lagi ko✌️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________365 Diksi_______________

Seusai pintu lift itu terbuka Zio segera berlari menuju lorong panjang di hadapannya, tepat di depan ruangan yang ingin ia tuju seorang wanita tua dengan blouse navy dan rok span hitam panjang memasang wajah pasrah.

"Syukurlah kamu datang, dari tadi Shaina sudah menunggu," ujarnya menatap sendu pemuda yang baru saja tiba.

Zio terdiam seolah jiwanya telah pergi meninggalkan raganya, hari ini begitu melelahkan baginya, hatinya melayang entah kemana yang jelas bukan bahagia yang sekarang ada di pikirannya, nama Shaina pun tidak pernah terlintas sedikitpun dalam otaknya melainkan Aylin yang sedari tadi ikut mengiringi setiap detak jantungnya.

Gak, gue harus fokus sama Shaina, tekannya dalam hati berusaha untuk mengendalikan pikirannya.

"Tadi Shaina sempat drop, saya harap kali ini kamu tidak membuatnya kecewa lagi," lanjut Oma Lastri dengan nada lirih.

Zio mengerti betul perasaan wanita renta tersebut, tentu berat juga berada di posisinya, tidak punya siapa-siapa kecuali cucunya yang saat ini terbaring lemah di rumah sakit, yah sekarang egonya harus mengalah.

"Saya ke dalam dulu ya Oma," balasnya menunduk lalu berjalan memasuki kamar rawat Shaina.

Gadis itu masih terbaring meski kedua kelopak matanya terbuka lebar, melihat lelaki yang kini berjalan ke arahnya ia hanya tersenyum tipis, bibirnya begitu pucat, kulitnya pun putih keunguan.

"Zio," panggilnya lembut.

Tanpa membuang-buang waktu Zio duduk di kursi sebelah ranjang gadisnya, matanya menggeliat, sedekat ini jantungnya berdegup biasa saja tak seperti ketika dirinya bersama Aylin padahal berkali-kali lelaki itu mencoba membuka hati. Namun, agaknya rasa cintanya pada sahabat kecilnya itu tidak akan pernah bisa terganti.

"Iya?"

Hening, kini giliran Shaina yang termenung, perasaannya tak karuan, masih jelas sekali kejadian semalam melekat di memorinya, entah kenapa yang biasanya ia merasakan bahagia ketika Zio berada disampingnya kini terasa gambar, kosong, mungkin benar hati lelaki itu bukan untuknya.

"Apa aku harus menyerah Zi?" tanyanya dengan sorot mata tajam.

"Ssstt ... Ga boleh bilang gitu," tegur Zio lalu meraih jemari mungil Shaina.

Tatapan kamu tetap sama Zi, hati aku juga semakin sakit.

"Mata kamu ga bisa bohong Zi, aku tahu kamu terbebani," lirihnya menarik jemarinya dari genggaman Zio.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang