Jangan lupa vote sebelum membaca 🥰!
______________365 Diksi______________"Siapa ya?" tanya Ami Ratna seusai membukakan pintu, ia tak mengenali wanita berhijab yang saat ini bersama putrinya.
Belum sempat wanita itu menjawab, pandangan Ratna seketika beralih pada pelipis kepala Aylin yang dibalut plester.
"Astagfirullah, Aylin ini kenapa?" tanyanya cemas seraya memegangi kedua pundak anak gadisnya.
Aylin hanya diam membisu, ia tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin apa bila ia mengatakan yang sebenarnya.
"Maaf Bu, saya Salwa guru bahasa Indonesianya Aylin di sekolah-" jelas wanita berhijab coklat itu menggantung.
"Saya tidak sengaja melihat Aylin di jalan sudah dalam keadaan seperti ini," lanjutnya.
Mendengar jawaban tersebut sontak membuat Ratna di serbu banyak pertanyaan di kepalanya, tapi ia tak bisa menanyakan pada Aylin sekarang.
"Aylin masuk gih, mandi terus makan udah Ami siapin," perintah wanita yang tengah berdiri dihadapannya mengenakan kemeja hitam polos dengan rambut di jedai.
Tanpa berpikir panjang gadis berkacamata itu pun segera menuruti perkataan Aminya, "Aylin masuk dulu ya," pamitnya melangkah kedalam rumah.
Kini kedua bola mata Ratna bak ayunan yang naik turun memandangi wanita didepannya, namanya seolah tak asing, beberapa kali putrinya pernah menceritakannya.
"Aylin ketemu Bu Salwa, terus pas dia lihat kalung ini kayak gimana gitu."
Engga ini ga boleh terjadi, wanita ini ga boleh ngambil anakku, batinnya ketakutan, pikirannya sudah terbang kemana-mana.
Sedangkan Salwa, ia melihat dengan jelas raut wajah Ratna yang tiba-tiba berubah saat dirinya menyebutkan nama, wanita itu jadi semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.
Tapi ini bukan saat yang tepat, "Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu ya Bu."
Ratna tak menjawab sepatah kata pun, ia cuma mengangguk pelan membiarkan Salwa berlalu dari sana.
*****
Sebuah lembaran putih yang menempel di dinding kamar penuh daun rambat imitasi itu tak henti-hentinya Aylin pandangi sedari tadi, gadis berbalut dress tille putih lengan panjang favoritnya itu sesekali juga meneguk secangkir teh hangat dimeja belajarnya.
Dari binar bola matanya terlukis harapan yang sangat besar, kini jemarinya mulai merambah kacamata disebelah cangkirnya kemudian memakainya, tulisan yang tadinya hanya seperti sandi rumput kini perlahan sedikit terlihat, bukan hanya karena lensa tebal itu tapi karena Aylin berdiri mendekat kearah kertas itu.
Kertas yang bertuliskan cita-citanya di masa depan nanti, ia mulai membaca satu persatu list disana.
Di masa depan yang insya Allah aku wujudkan:
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Diksi [ENDING]
Teen Fiction"Katanya semua orang pasti akan berubah, tapi kalau aku minta pada Tuhan untuk tidak merubah apapun tentang kita apa kamu akan menetap?" _Aylin_ _________________🥀_____________________ "Bodoh!" Bugh! "Anak tidak...