22. APA ADA KEADILAN?

347 127 55
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


______________365 Diksi______________

"Stop Zi!" sergah Udin kesabarannya sudah habis melihat sikap Abangnya.

"Ini ga sepenuhnya salah Aylin!" tegasnya.

"Tapi emang dari dulu dia pembawa sial 'kan?!"

Deg!

Apa ini beneran kamu Zi? Aku ga boleh cengeng, Zio ga salah, batinnya dalam hati sembari mengelus pelan dadanya.

Lelaki itu betul-betul telah asing bahkan ia tak mengenal ada sosok Zio di diri lelaki tersebut, dadanya terasa amat sesak dan sakit, melebihi luka-luka di tubuhnya saat ini.

"A-aku minta ma-af, kalau kamu emang ngerasa aku pembawa sial, yang cuma bisa nyusahin kamu," ujar gadis itu terbata-bata berusaha keras menahan perih yang menghujam seluruh tubuhnya.

Tak ada respon dari Zio, jangankan menjawab, menoleh sedikitpun tidak, hati Aylin benar-benar sakit, sepertinya lelaki itu sengaja ingin menyiksanya seperti ini.

Apa perubahan ini masih ada hubungannya dengan permintaannya beberapa waktu lalu? Kalau iya lagi-lagi gadis itu hanya mampu mengalahkan dirinya sendiri.

*****

Setibanya mereka di rumah sakit, Zio segara mengangkat tubuh Shaina, lelaki itu segera memanggil para perawat agar cepat menangani sahabatnya itu, wajah gadis tersebut yang kian terlihat pucat dan tubuhnya pun terasa dingin membuat Zio bertambah panik.

"Din lo telpon Omanya Shaina sekarang ya!" titahnya seraya meletakkan tubuh Shaina diatas ranjang rumah sakit, beberapa suster dengan sigap mendorongnya menuju ruangan UGD, di ikuti ketiga sahabatnya.

Omanya Shaina? Gemetar Udin mencari nama kontaknya di handphone milik Shaina, ia tak bisa membayangkan ketika wanita tua itu tahu keadaan cucunya sekarang, apa lagi ada Aylin disana, jujur lelaki itu tak tega jika sahabatnya harus di caci maki lagi, kemarahan Zio tadi sudah lebih dari cukup, Udin tak mau karena kesalahannya juga hanya gadis berkacamata itu yang di cela.

Tentu ini tak adil bagi Aylin, bahkan bukan dia yang memaksa Shaina membonceng sepedanya, tapi apa yang bisa ia perbuat sekarang? Oma Lastri pasti tidak akan pernah memaafkannya lagi, baru berbicara dalam telpon saja telinganya mendengar sangat jelas wanita itu amat emosi.

"Ay, sebaiknya lo pulang sekarang ya, sebelum Oma Lastri datang," ujar Udin yang baru saja menutup telponnya.

"Aku kan salah Din, aku ga boleh lari dari masalah," tolak Aylin, kakinya masih berdiri tegak disebelah kedua sahabatnya yang duduk di kursi tunggu depan ruangan UGD.

Keras kepala memang, tapi itu adalah prinsipnya sejak kecil, Aminya selalu mengajarkan Aylin untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, jika di tanyain apa saat itu ia takut? Jelas, detak jantungnya rasanya sudah tak karuan, di iringi rasa perih di tangan dan kakinya dengan darah yang masih mengalir, sampai siku outer dan celana bagian lututnya robek.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang