7. KALA, LUKA

499 147 68
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🥰!

Jangan lupa vote sebelum membaca 🥰!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Pencahayaan di kamar bernuansa coklat abu-abu itu remang-remang kecuali sinar lampu kecil dimeja belajarnya, seorang lelaki sepertinya sedang asyik membaca sesuatu disana.

Lembaran bermotif bunga warna biru itu tak asing lagi, sebuah puisi yang ia ambil dari tempat sampah di sekolah.

"Ternyata kamu malah buang puisi ini Ay," gumamnya lalu tersenyum pahit.

Selama ini Zio adalah sosok misterius pengirim puisi itu, setiap hari lelaki itu meminta tolong pada teman sekelas Aylin agar ketika mau pulang sekolah mau meletakkan kertas itu di laci meja Aylin.

"Gue ga akan nyerah Ay."

______________Isi Puisi_____________

Aku mungkin tak pandai merangkai kata
Atau menyusun diksi indah dalam.aksara
Pun juga tak pandai berdusta dalam sajaknya
Dan tak bisa menutupi rasa

Mungkin lancang atau terlalu pengecut
Unttukku yang tak berani menampakan muka
Tak jantan dalam menyampaikan rasa cinta
Atau sekedar mewujudkan dalam suara

Tapi percayalah
Aku bukan sedang bercanda
Atau memainkan hati dengan goresan tinta
Aku sungguh-sungguh, benar mencinta

Dan ketika waktunya telah tiba
Akan aku umumkan pada semesta
Tentang kita yang telah bertatap mata
Dan berjanji akan hidup bersama

______________________________________

Malam ini ia kembali terluka, Zio tak bisa menyalahkan siapa-siapa karena ini adalah kebodohannya sendiri, mencintai tanpa berani mengungkapkan, bagaimana mungkin ia sanggup melakukannya secepat ini? Lelaki itu tak mau persahabatannya hancur.

"Selamanya sahabat."

Sepasang jari kelingking itu pun bersatu, terikat pada sebuah janji yang harus disepakati, tak ada rasa keberatan di wajah keduanya, senyum polos yang terukir di bibir gadis kecil dan lelaki berusia tujuh tahun itu.

Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, di bawah pohon beringin yang rindang dan hamparan rumput luas, anak-anak itu membaringkan tubuhnya seraya tertawa lepas.

"Kita akan menjadi sahabat selamanya," ujar gadis kecil yang memakai bandana berbentuk bunga diatas kepalanya.

"Dan kita juga akan saling menjaga," imbuh sahabatnya.

Argh masa-masa itu sangat sulit terlupakan, bahkan akan selalu lekat dalam ingatannya, setiap sore tiba lelaki itu tak pernah absen membonceng Aylin dengan sepedanya, bermain di pohon persahabatan dekat rumah yang sekarang sudah di tebang karena terlalu tua, walaupun begitu persahabatannya tetap tak akan layu oleh usia.

365 Diksi [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang