Mahen?

226 121 194
                                    

"Dengar, bertemu denganmu, aku tak pernah meminta pada Tuhan untuk dipisahkan. Bahkan ketidakhadiranmu di bab selanjutnya adalah bagian yang ingin sekali kumusnahkan."

█║▌│ █║▌│█│║▌║

█║▌│ █║▌│█│║▌║

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Aku merebahkan diri setelah menyelesaikan seluruh tugas sekolah yang seakan memecahkan kepala, terlebih deretan angka yang tertera menghabiskan separuh lembar buku dengan satu jawaban, yakni Lima. Haahh ... Matematika benar-benar membuatku gila!!

CRING-!!!

Aku refleks menoleh ke sumber suara, meraih ponsel yang kuabaikan sejak dua jam lamanya. Kutatap notifikasi baru dari nomor tak dikenal, tanpa berpikir panjang dengan segera kuketuk layar dan membaca pesan.

085*********
Kenapa tadi kau meninggalkanku
sendirian di sekolah? 😠

19:19

Me
Eh? Siapa ya?

19:21

085*********
Kau melupakanku? 😠

19:21

Aku terkekeh membaca pesan. Menatap emot marah dari ketikan seseorang yang ekspresinya dapat dengan jelas kubayangkan. Aku tersenyum sambil menggerakkan tangan, mengetik beberapa kata di sana.

Me
Tidak, Mahen^^

19:23


085*********
Save nomorku, foto profilmu tidak
Terlihat

19:23

Membacanya, aku segera menyimpan nomor Dan obrolan pun berlanjut dengan pembahasan yang menurutku cukup random, Entah dari kesukaan, cerita lucunya dan beberapa hal kecil yang berhasil membuatku berkali-kali mengukir senyum.

Mahen, terima kasih ya.
Sudah mau menjadi temanku.

🌧️

"ALYA!!"

teriakan seseorang dari kejauhan membuatku terpaksa menoleh, aku membelalak sejenak ketika Erika dengan beberapa perban di kepala dan kakinya menatapku tajam.

Oh, sudah sembuh rupanya.

Aku mengernyit heran, lalu berjalan mendekat saat seseorang memberi isyarat dengan lambaian tangan. Rupanya ini alasan mengapa banyak sekali siswa di halaman sekolah, gadis primadona itu kembali. Haha. Sepertinya Aldo akan senang mendengar kabar ini.

"Minta maaf!!" perintah gadis di samping Erika dengan mimik serius, aku yang menunduk pun segera mendongak dan menggeleng cepat.

"T-tapi... " ujarku sedikit gugup. Jujur saja, aku masih belum berani menghadapi mereka meski semalam Mahen mengajarkanku baragam cara bersikap tegas.

November (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang