"Mencintai tanpa memiliki. Bak menggenggam setangkai bunga mawar. Kau bahagia menatap keindahannya namun terasa perih disaat bersamaan."
│█║▌│ █║▌│█│║▌║
"Lu ditolak? Hah? Serius? Gila!"
Gerakan tangan yang hampir saja membuka pintu toilet, terhenti. Gadis itu berdiri kikuk merasa bersalah, sebab menguping pembicaraan bukanlah prilaku yang pantas.
"Udah punya cewe katanya. Hahh ... Padahal gua udah ngincer Mahen dari lama."
Alya tertegun. Kini telinganya menajamkan pendengaran, agar setiap kalimat yang dilontarkan kedua gadis entah siapa, bisa tertangkap jelas.
"Dan lu tau cewenya siapa?" tanya gadis itu sambil memoles bedak tipis ke pipi chubbynya. Ia berdecak kesal mengingat penolakan lelaki idamannya tadi pagi.
"Kagak. Siapa emang? Anjir, kelas mana? Cantik gak? Gua juga penasaran selera cowo se cool Mahen kayak apa." gadis di sebelahnya melipat tangan ke dada dan menyender ke dinding. Memerhatikan gerakan teman sebangkunya yang sibuk mempercantik diri.
"Pfftt .... Lo bisa nebak siapa. Cewe paling jelek di sekolah kita. Udah gendut, cupu lagi."
Mata gadis itu terbelalak tak percaya. "Hah?! Si Alya?! Serius lo? Masa?"
"Aduh berisik deh. Ya kali gua boong. Mahen sendiri yang bilang," ujarnya sambil memasukkan kembali alat make up ke dalam tas. Ia merotasikan bola mata, kembali berdecak kesal. Pertama kali dalam hidup, ia ditolak cowo mentah-mentah. Padahal kata teman-teman di kelas, ia termasuk golongan gadis populer incaran banyak siswa di sekolah.
"Ck, pake pelet apa sih tuh Alya. Udah dapet Aldo, Mahen pula diembat. Maruk."
Teman di sampingnya mengangguk-anggukkan kepala. Menyetujui ucapan. "Iya anjir. Mahen liat Alya dari apanya sumpah. Mau dilihat dari ujung sedotan pun, tuh cupu ga ada menariknya."
Mendengarnya, Alya menundukkan kepala. Mencoba menahan tangis. Ia meremas rok seragamnya dan menghela napas berkali-kali.
"Dah ah, yuk cabut."
Derap langkah kedua gadis itu semakin samar terdengar. Alya pun membuka toilet dan menghampiri cermin. Ia menatap wajah yang di matanya sangat buruk rupa cukup lama, lalu meringis membenarkan perkataan kedua gadis tadi.
Alya meraih dompet di sakunya. Menatap foto wanita paruh baya dengan senyum lembut yang memikat cantik, lalu kembali menatap cermin. Ada sesuatu yang ia sadari disini. Gadis itu memerhatikan setiap lekuk wajah ibunya dan sekali lagi, menatap cermin. Berulang kali hingga membuat gadis itu yakin satu hal,
KAMU SEDANG MEMBACA
November (COMPLETED)
Teen FictionKubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku. "Jika aku mengatakan aku mencintaimu, bullshitkah?" Kubalas tatapan lelaki itu lalu menggeleng pela...