"Mencintai dengan tulus bukan perihal kesempurnaan. Tapi tentang bagaimana ia bertahan dengan segala kekurangan dan mengabaikan yang datang."
▌│█║▌║▌║█ ║▌║▌║█│▌
Beberapa hari lalu, Toilet siswa.
Mahen bergegas menuju kamar mandi dan menyelesaikan hal privasinya di sana. Langkah lelaki itu terhenti melihat keberadaan Aldo beserta dua temannya sedang memerhatikan dengan tatapan angkuh.
Kemudian Mahen teringat pada kejadian di kantin tadi siang. Iapun segera menghampiri lelaki itu geram. "Alya, milik gue."
Aldo terkekeh mendengar ucapan Mahen yang terkesan menuntut. "Ga salah denger? Sejak awal, Alya punya gue. Mau di manapun, status pertunangan jauh lebih diakui ketimbang pacar."
"BERENGSEK!" ujar Mahen sambil mendaratkan bogem mentah ke arahnya.
"Apa gara-gara sekarang fisik Alya berubah cantik, sampe lu malah enjoy jilat ludah sendiri?!" tanya Mahen dengan tangan terkepal.
Ia yang paling tau bahwa Alya tersiksa dengan perjodohan ini. Emosi Mahen semakin meledak-ledak melihat Lelaki yang sudah ambruk ke lantai malah tergelak menanggapi.
"Yah, itu termasuk salah satunya."
Satu pukulan hendak menyerang Aldo kembali, namun ayunan kayu dengan beberapa paku berkarat jauh lebih dulu mengenai punggungnya. Rasa panas sekaligus perih perlahan merambat, membuat kakinya tak mampu lagi menopang tubuh.
Lelaki itu melemas melihat darah merembes ke area lengannya. Ia meronta kesakitan saat kayu itu kembali menghantam punggungnya berkali-kali. Kemudian, satu tarikan menyeret lelaki itu ke dalam gudang. Aldo menatap puas ke arah Mahen, begitu bangga telah berhasil menjinakkan sosok yang di matanya seperti anjing liar.
Salah satu teman Aldo melempar kayu ke sembarang arah. Sebelum hendak meninggalkan Lelaki yang mulai melemah itu, Aldo kembali berucap. "Cowo penyakitan kayak lo ga usah sok keren, deh. Jijik gua liatnya."
Wajahnya berubah pucat pasi. Tubuh lelaki itu mendadak dingin. Kepalanya mulai terasa pusing melihat darah menetes tak henti menodai lantai. Ia kehilangan kontrol untuk menghentikan degup jantung yang berpacu cepat dengan tangan gemetar.
🌧️
PLAKK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
November (COMPLETED)
Teen FictionKubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku. "Jika aku mengatakan aku mencintaimu, bullshitkah?" Kubalas tatapan lelaki itu lalu menggeleng pela...