Heavy Rain

71 18 19
                                    

"Andai diberi pilihan, maka aku akan meminta pada Tuhan agar mati lebih dulu sebelum kamu. Karena kehilanganmu adalah kelemahanku."
-Mahen

▌│█║▌║▌║ █ ║▌║▌║█│▌

▌│█║▌║▌║ █ ║▌║▌║█│▌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Derap langkah kedua orang yang terlihat tergesa itu mulai terengah-engah. Terlebih langit semakin antusias menjatuhkan seluruh air yang di bawa, membuat gadis yang sedari tadi berlari panik mulai meringis perih di bagian punggungnya.

"Alya ...," ujar Mahen dengan tatapan khawatir. Dengan segera ia membopong tubuh Alya dan menepi di sebuah gang sempit.

"Mahen, kita harus sembunyi untuk sementara waktu," pinta gadis itu. Pikirannya berkecamuk. Ia benar-benar tak menyangka, Papanya akan menyadari kepergian Alya secepat ini. Ditambah, Pria tak waras itu menyewa dua orang bertubuh kekar yang bisa ia pastikan Mahen tak akan sanggup untuk melawan.

"ITU DIA!!!"

Mahen dan Alya membelalak. Dengan segera mereka kembali berlari. Sesekali Mahen sibuk menyampirkan tas yang melorot akibat pergerakan lengannya sambil terus menggenggam erat tangan Alya.

Malam yang biasanya hanya riuh dengan deras hujan kini semakin berisik dengan teriakan dan derap langkah yang saling bergerak cepat. Keduanya benar-benar kehilangan arah. Bahkan tanpa sadar melewati jalan sempit yang tak terawat, menandakan jarang terdapat orang berlalu lalang di sana. Mereka terus berlari tanpa tau kemana tujuan, hanya saling merapalkan dalam hati. Berharap menemukan celah untuk menyelamatkan diri.

DORR-!!

satu peluru melesat. Menembus lengan gadis itu. Mahen membelalak tak percaya, menatap Alya yang kini terkapar kesakitan di tanah. Darah merembes hingga ke tangan yang sedang berusaha menutupi luka di lengannya. Ia meringis. Menahan sakit, sampai tak sadar air matanya mengalir.

Mahen mendekap Alya dan memeluknya erat. Kemudian, sebuah tarikan membuat tubuh Mahen tersentak. Lelaki itu meronta ketika salah satu dari dua orang yang mengejar mereka berdua, menyeret paksa Alya. Hati lelaki itu semakin teriris ketika melihat kekasihnya berteriak kesakitan.

Dengan tenaga yang tersisa, Mahen menonjok muka Pria kekar yang memegangnya kuat. Ia segera meraih pistol di saku celana Pria itu dan menodongkan senjata ke arahnya. Tanpa basa-basi, Mahen menembakkan peluru tepat di area dada kiri pria itu.

Lelaki itu shock dengan apa yang ia perbuat. Terlebih, banyak darah yang tercipta dari tubuh yang kini terkapar tak berdaya di tanah, membuatnya semakin gemetar hebat. Tidak. Ini bukan saatnya Mahen ikut terkulai lemas. Ia harus bisa bertahan menahan fobianya untuk menyelamatkan Alya.

Lelaki itu berbalik. Pria yang sibuk menyeret Alya tanpa sadar mematung di tempat. Dengan amarah meluap, Mahen berjalan cepat menghampiri sambil menodong pistol ke arahnya.

November (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang