"Aku minta maaf karena telah mencintaimu sehebat ini. Lain kali aku tambahin ya? Biar Cintanya ga cuma 'sehebat ini' tapi 'se luar biasa ini."
▌│█║▌║ █ ║▌║▌║█│▌
Setangkai bunga matahari turut serta menghiasi nisan di hadapanku. Tanganku tak henti-hentinya mengusap nama yang terukir cantik di sana. Kulirik Mahen dengan segala tatapan kosongnya menepuk lembut tanah.
"Nana pasti bangga," ujarku tersenyum manis ke arahnya. Mahen mendongak, membalas senyuman.
"Kirana bilang, aku pasti menemukan gadis yang lebih baik darinya. Awalnya aku tak percaya, sampai akhirnya aku ketemu sama kamu." senyuman Mahen kini terarah ke batu nisan.
"Kirana, aku bawa kekasih baruku. Cantik, kan dia? Maaf ya aku harus berhenti mencintaimu, karena sudah ada hati yang harus kuberi rasa cinta melebihi rasaku padamu, dulu."
Mendengar perkataan Mahen, wajahku memanas. Ingin rasanya tubuhku meloncat kegirangan saat ini juga namun kuurungkan mengingat di mana aku berada sekarang. Cukup lama aku mendengar kisah Mahen dari kecil hingga minggat dari rumah sejak berada di pemakaman ini satu jam yang lalu, dan merasa iri dengan perilakunya pada Kirana yang benar-benar di 'treat like a queen.'
Entahlah, menurutku Kirana adalah gadis paling beruntung dicintai oleh lelaki sesetia dan selembut Mahen. Dan mungkin saja andai Mahen tak bertemu denganku, ia masih mencintai Kirana sepenuh hatinya. Ah tidak!! Justru aku yang paling beruntung disini.
Ya. Tentu saja. Dicintai dan dimiliki olehnya adalah keberuntungan paling sempurna. Kirana memang Cinta pertama Mahen, tapi akan kupastikan aku adalah Cinta terakhirnya. Pemilik terakhir dari hati seindah pelangi usai hujan deras melanda.
Gerimis berangsur-angsur jatuh mengenai tubuh kami. Aku yang menyadari segera mendongak dan berdiri. Mahen ikut mendongak lalu tersenyum, mengusap batu nisan itu kemudian mengecupnya. "Kirana, suka hujan kan? Sore ini hujan lagi. Selamat menikmatinya ya. Aku pulang dulu, takutnya Alya sakit gara-gara ini." Kemudian lelaki itu bangkit dan menggenggam tanganku menjauh dari sana.
Kutolehkan sekali lagi ke arah batu nisan Dan netraku menatap dengan jelas seorang gadis cantik melambai ke arahku dengan senyuman lembutnya. Antara takut dan bahagia bisa melihat secara langsung sosok yang pernah dicintai Mahen dengan sangat.
Ia cantik dan mengagumkan. Pantas Mahen jatuh, sejatuh-jatuhnya.
Dia suka nangis kalo kesini, baru kali ini dia datang tanpa menangis. Bahagiain dia ya, Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
November (COMPLETED)
Teen FictionKubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku. "Jika aku mengatakan aku mencintaimu, bullshitkah?" Kubalas tatapan lelaki itu lalu menggeleng pela...