You and I

131 64 201
                                    

"Dunia itu fana. Yang abadi Cinta kita. Jadi kumohon ... apapun yang terjadi, tetaplah berjuang bersamaku. Jangan menyerah."
-Mahen

▌│█║▌║▌║█ ║▌║▌║█│▌

▌│█║▌║▌║█ ║▌║▌║█│▌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"Alya, kenapa tiba-tiba cuekin aku?" tanya Mahen saat kami sibuk menata buku di perpustakaan yang tak kusangka akan seberantakan ini.

Ya. Di sinilah kami sekarang, terdampar dalam ruangan penuh buku dengan aroma khas yang menyengat. Mode galak pak Dodi terlalu aktif hingga kami harus menerima hukuman 2 kali. Aku benar-benar khawatir wajahku yang kusam merusak penampilanku di hadapan Mahen. Makanya sebelum sampai ke sini, aku membasuh dan memoles wajahku dengan bedak tipis.

Kutatap Mahen setelah meletakkan seluruh buku di tanganku ke dalam rak. Kemudian terdiam sejenak, berpikir. Memori beberapa hari lalu membuat Denyut sesak itu kembali terasa, mahen yang menyadari perubahan ekspresiku mulai menghampiri dan menyentuh kedua pundakku.

"Hey, maafkan aku." lelaki itu mengangkat daguku hingga kedua Netra kami bertemu.

Kukepal tangan erat. Menatapnya dengan sorot kasih sayang yang teramat sangat. Wajahku memanas. Bisa kurasakan air mataku mulai berdesakan keluar, namun dengan sekuat tenaga kutahan. Mahen menyadari kembali, ia pun tersenyum lembut lalu menarikku ke dalam dekapan.

Akupun terisak hebat.

Butuh beberapa menit hingga Mahen melepas pelukan, menunggu tangisanku mereda. Kutarik napas sedalam-dalamnya, mencoba menetralisir rasa sesak yang sedari kemarin membuatku seperti kehilangan separuh nyawa. Mahen menatapku lembut, sesekali ia tersenyum dan mengecup keningku. Kebiasaan Mahen tak pernah berubah. Ia tak berkata sepatah katapun, hanya menunggu dan menunggu, hingga emosiku lumayan terkontrol dan aku meluapkan semuanya lewat perkataan.

"Mahen, aku mencintaimu," ucapku. Sekali lagi setetes air mataku jatuh mengenai pipi.

Mahen mengusap, menghapus jejak air mata di sana. Kemudian mengangguk. "Aku tau. Tapi percayalah, aku jauh lebih mencintaimu."

Aku menggelengkan kepala, menggenggam satu tangannya dengan erat. "Tapi, aku jauh lebih takut jika terjadi apa-apa denganmu. Tolong, menjauhlah. Papa dan Aldo mengancamku akan melukaimu jika hubungan ini terus kita lanjutkan. Mahen, aku mencintaimu. Tapi maaf, sepertinya pada akhir pun, aku memang harus menikah dengan Aldo. Kau akan selalu ada di hatiku, Mahen, teratas. Tak akan pernah berubah."

Mendengarnya, Mahen terdiam mematung. Ekspresinya terlihat Seakan berpikir keras. Tanpa sadar tangisku kembali pecah, bisa kurasakan ia menghembuskan napas yang cukup panjang. Mahen memelukku kembali dan berbisik, "Alya, jika kau mencintaiku. Kau tidak akan berhenti di sini. Tolong, berjuanglah Alya. Setidaknya demi aku. Jangan hanya mengorbankan diri sendiri, ayo bersama-sama jadi korban atas keangkuhan dunia yang terlalu keji. Tolong, demi aku. Ayo perjuangkan kebahagiaan kita."

November (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang