"Namamu benar-benar abadi dalam denyut nadi. Hingga hal terkecil yang pernah kita lalui dari kenangan kita, kusimpan rapi."
▌│█║▌║ █ ║▌║▌║█│▌
"Selamat ulang tahun, Nana-!!" ujar Mahen sambil menjulurkan kado berpita kuning ke arah Kirana.
Gadis yang sedang menyiram bunga Matahari, kini menghentikan aktivitas. Ia membalikkan tubuh lalu tersenyum menerima kado yang dijulurkan.
"Aku pikir kamu melupakan hari ulang tahunku." langkah gadis itu kemudian mendekati kursi yang letaknya tak jauh dari halaman belakang, dengan Mahen yang mengekor.
"Tentu saja aku ingat! Bagaimana bisa aku melupakan hari lahir gadis sesempurna seperti gadis di hadapanku ini?" pujian Mahen membuat Kirana terkekeh pelan dan mengusap-usap kedua pipinya yang memanas.
"Ada-ada saja, kamu."
Mahen duduk di samping Kirana. Menatap cemas gadis itu tak menyukai isi kado. Jantungnya benar-benar berdegup takut saat Kirana membuka pelan tutup kotak persegi itu. pikiran negatif bermunculan di kepala, namun segera ia tepis karena hati kecilnya yakin Kirana akan suka.
Dan tebakan hati kecilnya benar. Kirana menutup mulut melihat kalun berliontin bunga matahari serta gelang berwarna emas tergeletak Indah dalam kotak. Mata gadis itu terbelalak lalu menatap Mahen tak percaya.
"B-buat?? Sendiri?" tanya Kirana memastikan. Mengingat seluruh yang Mahen berikan selalu hasil karyanya. Kemudian, tangan gadis itu merogoh selembar kertas.
Lelaki itu mengangguk mantap. Meringis ketika sekelebat memori tentang ia yang harus pergi ke perusahaan kalung milik pamannya dan berjuang keras untuk memahami cara pembuatan, hingga mampu berkreasi sendiri.
Kirana tersenyum lalu mengusap lembut tangan Mahen. "Sudah berjuang keras ya? Lihat tanganmu jadi terluka. Makasih ya Mahen, tapi sungguh, hadiahmu hari ini sangat sempurna! Astaga lihat, aku nampak begitu cantik dalam lukisan yang kau buat," pujinya menatap karya lain milik Mahen yang terselip bersama kalung dan gelang itu.
Mendengarnya Mahen tersenyum malu. Lelaki itupun menangkup wajah dengan tangan Kirana di dalamnya. Ia mengecup berkali-kali tangan mungil itu, meluapkan rasa bahagia sebab Kirana menyukai kado dan memujinya.
"Tapi ... Nanaku jauh lebih cantik di dunia nyata. Hehe," ujar Mahen dengan detak jantung yang berdegup lebih cepat dari biasa.
Kirana mencubit gemas pipi Mahen lalu kembali memerhatikan seksama lukisan. Iapun ersenyum lembut. Senyuman yang membuat siapa saja akan merasa kagum hanya dengan sekali lihat. Mahen yang menatap lekat wajah gadis itu, merasa benar-benar beruntung telah memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
November (COMPLETED)
Teen FictionKubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku. "Jika aku mengatakan aku mencintaimu, bullshitkah?" Kubalas tatapan lelaki itu lalu menggeleng pela...