"Trust me, everything will be fine. Aku minta maaf karena dunia jahat banget sama kamu, tapi bertahan, ya? I'm here for u."
-Mahen█║▌│ █║▌│█│║▌║
"Berhenti berharap, Alya. Dan belajarlah mencintaiku."
Aku menganga mendengar ucapan lelaki itu. Kutatap wajahnya yang santai namun terlihat begitu serius. Setelah hampir setengah jam aku bercerita kejadian dari pagi hingga siang tadi sambil menangis, lelaki itu hanya menganggapi kalimat yang bahkan di luar perkiraan.
"A-apa-"
Sorot matanya yang berapi-api mulai berubah sendu. Seakan terdapat kesedihan yang sekuat mungkin ia tutupi dengan senyum tipisnya.
"Sulit, ya? Aku tidak akan memaksa jika memang kau enggan melakukannya."
Aku menggeleng cepat. Meringis mengingat bagaimana begitu sempurnanya lelaki di sisiku saat ini dibandingkan dengan wujud buruk rupa sepertiku.
"Mahen, kau terlalu sempurna. Hatimu baik sekali, kau tampan, lembut, pintar. Benar-benar lelaki berbakat. Aku percaya banyak gadis yang jauh lebih pantas bersanding denganmu melebihi aku di luar sana," ujarku pelan sambil menatap kosong ke arah jalanan.
Kami sedang duduk santai di kursi panjang. Kini, Aku berada di sisi kiri tubuh Mahen yang sejak tadi tak henti mengelus lembut Boba di pangkuannya hingga kucing kecil itu merasa nyaman dan terlelap. Berbagai bunga dan pohon tumbuh rindang di sekitar, membuat taman ini semakin terasa sejuk dan menenangkan.
Kualihkan pandangan ke arah Mahen. Bisa kulihat wajahnya merona karena malu, aku tertegun kemudian mengernyit. "Mahen, kau kenapa?"
Ia tersenyum lepas sambil menutup wajahnya dengan tangan. Beberapa detik setelah itu, iapun menoleh ke arahku sambil melipat bibirnya. Menahan senyum.
"A-aku salting. Karena kau memujiku. Hehe," ujarnya malu-malu.
Aku melongo. Mengusap wajahku dengan tangan dan menghela napas kasar. "MAHEN! KAU TAK MENGERTII!!" teriakku membuat beberapa orang di taman menoleh risih.
Ia tergelak menanggapi reaksiku lalu mengacak rambutku gemas. "Oh? Aku tentu saja paham bahasa bayi."
Dengan segera kutepis tangan lelaki itu dan menatapnya tajam. "Hei! Aku bukan-"
"Bayi kecil, dengar." ekspresinya mendadak berubah dan memiringkan tubuh menghadapku. Menatap netraku dengan intens sambil tersenyum, senyuman yang menurutku begitu tulus dan bersemangat.
"Kau cantik. Aku menyukaimu sejak pertama kali menyelamatkanmu yang ingin terjun bebas dan pindah alam. Haha ...," tawanya menampakkan sederetan gigi rapi, berbanding terbalik dengan gigiku yang bertaring tajam di kedua sisi. Ia menggenggam erat tanganku lalu kembali menatap lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
November (COMPLETED)
Teen FictionKubuka mataku dan terkejut. Wajah Mahen begitu dekat hingga membuat hidung kami saling bersentuhan. Ia melepas genggaman lalu menangkup kedua pipiku. "Jika aku mengatakan aku mencintaimu, bullshitkah?" Kubalas tatapan lelaki itu lalu menggeleng pela...