29❄🌿

5.2K 400 12
                                    

29 || Lost

Satu bulan kemudian...

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, satu bulan sudah berlalu tapi tidak ada kepastian Jaehyun akan segera kembali.

Kenyataan kalau pria itu membohonginya sangatlah menyakitkan untuk Winter.

Perempuan itu lagi-lagi menghabiskan waktunya untuk menatap tangkapan layar yang berhasil dia abadikan tiga minggu yang lalu.

Hari pertama sampai hari ke tujuh Jaehyun selalu menelponnya dan berakhir dengan video call panjang. Setelah satu minggu berlalu, pria itu sama sekali tak menampakan batang hidungnya.

Mengirim pesan saja tidak pernah apalagi meneleponnya? Yah lagi-lagi Winter tahu keadaan Jaehyun dari Taeyong, asisten pribadi Jaehyun.

Pria yang selalu sedia 24/7 di sisinya, alias Taeyong pindah ke sini di hari Jaehyun terbang ke Amerika. Tidak sendirian melainkan bersama pacarnya, Jisoo. Wanita berparas cantik yang berprofesi sebagai psikolog. Jaehyun yang meminta Taeyong menjaga dan menemani Winter selama dirinya tidak ada di sana.

Tanpa sadar air mata Winter kembali mengalir saat membayangkan percakapan menyenangkan dan suara tawa Jaehyun yang merdu. Dl

Winter menggingit selimutnya kuat-kuat menahan tangisnya yang ingin pecah.

Tak peduli selimut milik suaminya akan basah dan kotor. Winter terlalu nyaman dengan aroma kamar ini hingga tak mau meninggalkan kamar Jaehyun yang kini sudah sah menjadi kamar mereka berdua.

Kruk Kruk

"Hiks laper," gumam Winter mengusap perut ratanya yang melilit karena kurang asupan.

Winter beranjak turun, tidak ada gunanya terus berdiam diri di sini. Karena itu nggak juga menjamin Jaehyun bakal pulang, dan awas saja kalau sampai manusia itu pulang ke rumah Winter pastikan akan menyunat adik kecil pria itu!

Berani sekali Jaehyun melanggar janjinya. Kenyataan bukan seminggu namun sebulan lebih pria itu pergi membuat Winter kembali menguarkan aura sedihnya.

"Bibi, Winter mau makan."

"Non Winter. Muka non pucet banget. Non sakit?" tanya bibi bertubi-tubi.

Bibi tahu majikannya itu selalu diam-diam menangis, tak terhitung jumlahnya. Setiap kali datang ke meja makan mata gadis cantik itu pasti memerah dan bengkak. Namun kali ini berbeda, nona muda terlihat pucat tidak seperti biasanya.

Winter menggeleng pelan, meski merasa kepalanya sedikit berat karena seharian terus menangis. "Om Taeyong sama kak Jisoo kemana bi?"

"Mereka sudah keluar dari tadi non. Katanya titip pesen buat bawa makanan ke kamar aja kalau non gamau makan. Bibi mau anterin eh non udah duluan ke sini." Winter ngangguk-angguk. Setiap orang punya kesibukan masing-masing gak melulu soal mengurus dirinya.

Lagipula dia bukan anak TK lagi! Dia harus mulai mandiri agar tak banyak bergantung pada orang lain lagi termasuk bibi dan terutama pada Jaehyun.

"Ini non dimakan supnya udah bibi panasin."

"Pak John, makan bareng yuk." Winter melambaikan tangannya pada pria itu, kode memintanya untuk mendekat ke meja makan.

"Bibi juga belum makan kan? Temenin aku makan bi."

Bibi spontan menggeleng. "Eh enggak perlu non, saya sudah makan tadi."

"Yah, yaudah pak John aja. Sini!" Suruh Winter menepuk pelan meja makannya.

"Saya gak biasa makan di sini non. Gak enak. Saya makan nanti saja."

"Gamau, di sini pokoknya," ucap Winter dengan raut memelas. Winter maksa pokoknya.

I Love You, Winter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang