35❄🌿

5.1K 342 20
                                    

35 || Insiden

Hari ini hari terakhir Winter bersekolah, sudah satu minggu sejak pengajuan pengunduran dirinya dari SMA Cakrawala.

Winter lebih memilih bersekolah di rumah. Dengan begitu dia tidak perlu datang lagi ke tempat ini, tempat dimana orang-orang munafik berada.

Soal kakek, Winter sudah menjelaskan semuannya. Semua hal yang membuatnya tidak betah berada di sekolah ini, sama seperti alasan yang dia berikan pada suaminya.

Dia akan kembali melakukan homeschooling seperti saat masih TK dan SD dahulu. Kakeknya yang baik hati tentu saja langsung setuju jika itu akan membuatnya bahagia.

Namun di dalam lubuk hatinya, Winter merasa bersalah karena membohongi mereka berdua tentang alasannya yang sebenarnya.

Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya hamil dan memutuskan berlajar di rumah. Winter tidak mau mengambil resiko demi kesehatan jantung kakek. Juga Jaehyun, entah kenapa lebih sulit untuk menjaga rahasianya dari Jaehyun dibanding dari orang lain.

Bagaimana bisa, bayinya yang masih sebesar biji kacang hijau di dalem perut sudah manja pada papanya. Winter selalu ingin berada di dekat Jaehyun, bau pria itu sangat menenangkan dan membuatnya damai. Sentuhan Jaehyun juga mampu membuat Winter merasa nyaman.

Itu semua bawaan bayi kan? Atau emang antara ibu dan anak sama sama menginginkan bapaknya

"Woi anak haram!"

Winter pura-pura tuli, dia terus jalan melewati koridor untuk menuju ke kelasnya.

Winter cuma gak mau harinya berubah menjadi buruk mengingat hari ini hari terakhirnya bersekolah.

"Lo tuh kalau dipanggil jawab!! Budeg ya?"

"Awhh!" Winter meringis pelan sambil megangin pundaknya yang barusan ditabrak sama Ningning.

"Jangan ganggu gue bisa?" Ketus Winter natap gadis resek di depannya.

"Gak bisa!"

"Tugas kita emang gangguin lo!" Ucap anteknya Ningning bernama Yeji itu.

"Apa hidup gue cuma lelucon buat lo pada?" Geram Winter. Dia berusaha pergi tapi mereka malah menghalangi jalannya.

Winter benci menjadi pusat perhatian di koridor. Terlebih banyak orang berlalu lalang di sini dan banyak juga yang berhenti buat nonton.

Menyebalkan!

"Gara-gara lo kemaren kita kalah! Dasar gatau diri! Pengacau!" Ningning mukul dahi Winter dengan telapak tangannya.

Winter mundur selangkah, dia mendongak ke atas. Barusan Ningning menempelkan kertas di dahinya. Dia mencabut benda itu dan membaca tulisannya.

Anak haram! Mati aja lo!

"Sorry, tapi tulisan lo jelek banget asli!" Winter meremas kertas itu dan melemparnya ke wajah Ningning.

Ningning menggeram kesal, dia menatap Winter tajam. Ingin sekali dia mencabik mulut Winter dengan kukunya.

Ningning kesal Winter gak pernah takut sama dia meski udah diejek puluhan kali. Nyali Winter sepertinya sangat besar untuk melawannya.

"Gue udah denger kalau kalian kalah. Seharusnya itu bukan salah gue. Gue bukan anggota inti, kalau gue keluar lo harusnya tinggal cari pengganti. Kalau sampai kalah itu artinya lo semua gak serius." Ucap Winter menatap mereka satu persatu.

Orang-orang ini benar-benar memuakan. Winter tak habis pikir kenapa mereka selalu menganggunya, memangnya tidak ada pekerjaan lain apa?

"Oh iya kalau gak salah gue pernah denger kalau kalian suka gunjingin gue waktu latihan."

I Love You, Winter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang