1 (part 1)

293 37 32
                                        

"Bro, pinjem PR Geo dong!" Wila yang baru sampai di kelasnya, yaitu kelas 11 IPS-A, berjalan dengan gaya slebornya sambil berteriak ke sobatnya dari ambang pintu kelas, yaitu Salgita. Lima dari sobat mainnya, yang sekelas dengannya hanya Salgita, sedangkan yang lain berada di kelas 11 IPA-A dan 11 IPS-C.

Salgita yang sedang menggunakan lip tint di kursi pojok baris terakhir, menoleh ke arah Wila sambil membulatkan matanya. Tidak lama setelah melotot ke Wila, matanya Salgita beralih ke arah kiri Wila. Wajahnya Salgita yang tadinya kaget, berubah jadi panik.

Wila yang tidak menyadari perubahan ekspresi sobatnya itu, serta tidak peka dengan situasi sekitarnya, malah melanjutkan berceloteh dengan suaranya yang mirip seperti megaphone. "Apaan sih mata lo segala dibelok-belokin segala? Kalau sipit, sipit aja, enggak usah dipaksain belok. Kan mata sipit keren kaya orang Korea!" Cetus Wila.

"Wila!!!" Bentak seseorang di belakang Wila dengan suara super cempreng.

Wila sontak menoleh kesal ke arah asal suara tersebut. Saat menyadari siapa oknum gila yang berani mati meneriaki telinganya, ia membulatkan kedua bola matanya yang sudah bulat itu.

BLOODY HELL! Sejak kapan Pak Mokmul ada di belakang gue?!

"WILA!" Pak Mokmul kembali meneriakkan nama Wila dengan suaranya yang super cempreng dan memekakan telinga. "Kamu sudah datang terlambat, masuk-masuk seenak jidat enggak ada akhlak, salah kostum, teriak-teriakkan segala minta sontekkan PR pula! Kemane sih pikiran kamu?!" Pak Mokmul mengomeli Wila --- tentunya dengan logat betawinya yang kental --- sambil melotot berang ke Wila di depan seluruh anak-anak 11 IPS-A.

Wila yang menyadari oknum yang membentaknya adalah Pak Mokmul, alias guru Sejarah Indonesianya yang terkenal sok galak padahal lawak abis, langsung nyengir kuda. "Eh, Pak Mokmul, kaget saya. Kirain saya Pak Dul. Kok Pak Mokmul ada di kelas saya sih?"

"Oalah, dasar murid gadungan! Masa kamu enggak tahu ini hari apa?!" Pak Mokmul balas bertanya sambil berkacak pinggang dan memperhatikan Wila yang tampak slebor dengan rambut pendeknya yang tergerai acak-acakan, seragam olahraga hijaunya yang kusut dan kumal, serta tas dan sepatunya yang dekil abis.

"Hari Jum'at, Pak, hari olahraga!"

"Wah, bener-bener nih anak! Kemane sih pikiran kamu sampe-sampe enggak tahu ini hari apa?! Ini hari Kamis, hari mata pelajaran saya, yaitu Sejarah Indonesia!"

"Hah? Masa sih?!" Wila balas bertanya dengan sangsi seolah-olah ucapan gurunya itu tidak dapat dipercaya.

Wila pun terdiam beberapa detik, sambil memaksa otak imutnya untuk mengingat ini hari apa. Setelah berhasil ingat, Wila membulatkan matanya.

"Holy moly! Ternyata Pak Mokmul benar!" Seru Wila sambil tepuk jidat dengan gaya dramatis. "Yah, padahal saya pikir ini hari olahraga! Udah semangat-semangat dateng ke sekolah, eh enggak tahunya ini harinya Pak Mokmul. Huuuf ..." lanjut Wila seenaknya tanpa memedulikan reaksi gurunya yang sedang berang di hadapannya.

"Eh, ape katemu?! Wah, bener-bener, dah! Ampun saya punya murid kaya kamu!" Pak Mokmul memijat pelipisnya frustasi karena menghadapi muridnya yang enggak punya etika dan dengan santainya mengaku menyesal datang dengan semangat ke sekolah saat tahu ini bukan hari Jum'at. Sementara itu, oknum yang menyebabkan hal tersebut hanya berjalan dengan santai dan duduk manis di kursinya tanpa menghiraukan kekesalan gurunya yang cempreng dan heboh itu.

"Ketua kelas di sini siape?!" Tanya Pak Mokmul dengan suara cemprengnya sambil melihat ke sekeliling kelas.

"Saya, Pak," sahut salah satu siswa bertubuh tinggi yang duduk di kursi pojok kanan kelas, baris terakhir. Siswa tersebut berdiri dan menatap Pak Mokmul.

Geeky & Silly [WENYEOL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang