11

117 31 18
                                        

Yeol menutup buku mapel Sosiologi yang ada di meja belajarnya. Kemudian, ia pun meregangkan tubuhnya yang sudah kurang lebih 7 jam duduk di kursi belajarnya. Setelah ia pulang mentoring dari rumahnya Wila, yaitu pada pukul setengah enam sore, ia langsung mandi dan makan. Setelah itu, tanpa merasa lelah ataupun muak karena sudah belajar di sekolah selama 8 jam, kemudian dilanjut mentoring si Wila — yang otaknya bebal abis — Yeol lanjut belajar di kamarnya.

Omong-omong soal Wila, Yeol jadi teringat kembali masalah di Sabtu malam itu. Jujur saja, dia masih penasaran sama masalah yang berlangsung di hadapanya malam itu. Soalnya, tadi si Wila cuma cerita secara singkat aja. Gimana Yeol bisa puas? Yeol kan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi — singkatnya sih anaknya kepo abis — makanya dia enggak bisa enggak mikirin masalah yang terjadi di depannya waktu itu. Apalagi, dia juga "sedikit terlibat" di masalah itu karena papanya Wila mempermasalahkan anak gadisnya itu pulang bareng Yeol di malam hari.

Apa bokapnya Si Patrick mikir gue bakalan ngejahatin anaknya ya? Buset! Apa untungnya gue ngejahatin makhluk idiot kayak dia? Lagian, emangnya tampang gue tampang kriminal, hah?! Tampang gue kan intelektual abis, Njir! Yang ada, tampang anaknya malah yang lebih memungkinkan ngelakuin tindakan kriminal!

Yeol mendengus kesal saat mendadak teringat dirinya yang mendapatkan tatapan curiga dari papanya Wila. Ia enggak bisa terima kalau ada orang yang berpikir negatif tentangnya. Apalagi berpikir negatif kalau dia itu pelaku kriminal!

Akhirnya karena sudah pukul satu dini hari, ia pun membereskan buku dan kertas HVS yang bertebaran di meja belajarnya. Biasalah, rutinitas sang pemegang ranking satu di kelas dan pemegang ranking dua di sekolahan. Setelah menyelesaikan tugas yang diberikan guru hari ini — walaupun deadline-nya minggu depan, Yeol telah membabat habis tugas-tugas itu — ia mempelajari materi untuk mapel-mapel besok. Ia membaca text book dan mencari referensi-referensi dari sumber yang terpercaya di internet, yang relevan dengan materi-materi mapel besok. Padahal, besok enggak ada ulangan harian. Tugas-tugas untuk besok pun sudah dia kerjakan pekan lalu, yaitu di hari ia mendapatkan instruksi tugas tersebut. Namun, Yeol tetap terjaga sampai dini hari demi membabat tugas — yang deadline-nya pekan depan — dan belajar mandiri untuk mapel besok. Biar pas ditanya-tanya oleh guru, Yeol bisa menjawab dengan lancar dan mendapatkan poin tambahan.

Ahay!

Eh, iya! Besok kan ada mapel PKN dan PR-nya itu PR individual. Si Patrick udah ngerjain belum, ya? Wah, gawat kalo dia belum ngerjain! Besok PKN ada di jam pertama pula. Si Patrick kan hobinya datang telat!

Kalo dia sampe belum kerjain PR PKN dan besok dia datengnya telat, otomatis dia enggak bisa ngerjain PR. Otomatis nilainya kosong. Otomatis nilai rapornya jelek. OTOMATIS REPUTASI GUE TERCORENG!

HOLY SHIT! ITU ENGGAK BOLEH TERJADI! Pokoknya gue harus pastiin anak itu udah ngerjain PR PKN!

Yeol langsung membuka ponselnya. Kemudian, ia langsung spam chat ke LINE-nya Wila. Namun, setelah ia mengirim puluhan chat disertai puluhan stiker Cony, James, dan Moon yang sedang marah, ia sama sekali tidak mendapatkan respons dari Wila.

SHIT! SHIT! SHIT! PASTI SI PATRICK UDAH MOLOR! AH BANGSAT!

Kalo gue telepon, bakalan kebangun enggak ya Si Patrick idiot itu? Oke! Gue akan coba spam LINE free call sampe dia bangun!

Setelah menelpon yang kesepuluh kali, akhirnya Wila mengangkan telepon dari Yeol. Suaranya Wila terdengar serak. Sudah pasti bocah itu telah berkelana di mimpinya.

"Kenapa, Yeol?" Tanya Wila dengan suara seraknya.

Yeol berdecak kesal. Ia pun menarik napas panjang agar emosinya enggak berkoar-koar. "Besok ada mapel PKN. PR-nya individual. Lo udah kerjain?" Tanya Yeol dengan suara yang sedikit tertekan karena doi sedang menekan rasa kesalnya.

Geeky & Silly [WENYEOL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang