Bel selesai istirahat pun berbunyi. Walaupun Wila dkk sedang berada di ruangan yang sudah terbengkalai dan berada di lantai 6, bel menyebalkan itu tetap terdengar dengan nyaringnya di telinga Kelima Sekawan Lambe itu. Kelima Sekawan Lambe itu pun mendengus kesal karena bunyian bel tersebut merupakan tanda bahwa "rapat" antara mereka harus segera dihentikan dan mereka harus kembali ke kelas.
Kelima Sekawan Lambe itu --- dengan tampang bete --- langsung beranjak dari duduk mereka sambil menepuk-nepuk rok mereka yang sedikit tertempel debu dari lantai ruangan yang terbengkalai itu. Setelah mereka saling memastikan rok mereka telah bersih, mereka pun berjalan ke arah pintu ruangan terbengkalai itu. Namun, tepat saat Jolla baru membuka pintu ruangan tersebut, terdapat sekelebat bayangan yang bergerak sangat cepat di luar pintu ruangan tersebut dan langsung mendorong pintu tersebut agar kembali tertutup, serta juga mengunci pintu tersebut dari luar dengan gerakan gesitnya.
Saking kagetnya dengan kejadian yang super kilat itu, Kelima Sekawan Lambe itu pun hanya melongo tanpa bergerak melakukan apa pun saat sosok tadi muncul di depan pintu ruangan dan mengurung mereka di dalamnya. Kini, mereka berlima terkunci di dalam ruangan terbengkalai tersebut, yang terletak di lantai 6, yaitu lantai puncak bangunan sekolah mereka.
Tersangkanya? Tentu saja oknum yang sedang diincar oleh Kelima Sekawan Lambe itu. Siapa lagi coba yang larinya cepet banget kayak setan, selain Si - terduga - Creepy Stalker?
"ANJING! ITU APA?!" Teriak Jolla yang pertama kali tersadar. Cewek itu pun menoleh ke belakangnya dan melihat sobat-sobatnya masih terpaku ke depan pintu.
Teriakan Jolla berhasil membuat Airin kembali tersadar dari kekagetannya. "Wil, jangan-jangan itu ... Si --- terduga --- Creepy Stalker?" Tanya Airin sambil menoleh ke Wila, yang berdiri di sebelahnya.
Wila pun mengangguk kaku dengan wajah pucatnya yang masih terpaku ke depan pintu. "Kayaknya ... Cuma dia doang yang larinya cepet banget gitu."
"Larinya cepet banget, Anjing! Sumpah dah! Udah kayak hantu! Nyeremin abis!" Seru Yira histeris setelah berhasil kembali tersadar dari kekagetannya.
"Ya, kan?! Nyeremin abis?! Apa kabar gue yang berdiri paling depan woi?!" Timpal Jolla enggak kalah histeris.
"Guys ... coba cek ponsel kalian. Ponsel gue enggak ada sinyal sama sekali," ujar Salgita sambil menggoyang-goyangkan ponselnya ke atas, berharap akan dapat sinyal jika melakukan hal itu.
Mendengar ucapannya Salgita, keempat cewek itu pun langsung mengecek ponsel masing-masing dengan tampang penuh harap bahwa ponsel dan kartu operatornya Salgita saja yang gembel. Namun, harapan mereka tak terkabul. Ponsel mereka sama saja dengan ponselnya Salgita, yaitu tidak ada sinyal.
"Anjrit! Gue enggak ada sinyal juga woi!" Seru Yira dengan tampangnya yang semakin panik.
"Gembel banget sih sekolahan kita?! Masa enggak ada sinyal, mentang-mentang kita di lantai enam?! Culun amat!" Gerutu Jolla sambil mematikan dan menyalakan airplane mode berkali-kali pada ponselnya.
"Ini kita lagi di lantai enam, atas kita atap dak pake beton. Jadi, wajar aja sinyal kita jadi keganggu gini," jelas Airin sambil melepas casing ponselnya, lalu meniru apa yang dilakukan oleh Jolla.
Berbeda dengan keempat sobatnya yang berusaha mendapatkan sinyal, Wila malah berjalan menuju ke salah satu jendela yang tak terhalangi lemari ata apa pun. Dia berharap jendela tersebut tidak dikunci sehingga ia bisa keluar melalui jendela itu.
"Woiya! Pinter juga lo, Wil!" Seru Yira semangat saat mengetahui tujuannya Wila ke arah deretan jendela tersebut.
Wila pun tertawa puas. "Iya, lah! Gue mah emang pinter!" Sahut Wila sambil naik ke salah satu meja yang dekat dengan jendela tersebut dan berusaha menarik pengait jendela itu. Namun, malang nasib Wila, rupanya ide brilliant-nya tidak bisa dijalankan karena jendela --- yang satu-satunya tak terhalangi benda-benda itu --- sudah dikunci mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky & Silly [WENYEOL]
Fanfiction[Rom-Com] Siswi bodoh, pemalas, dan pengacau diharuskan oleh guru dan orang tuanya untuk belajar dengan siswa terpintar di kelasnya dan rangking ke-2 di sekolah. Tentu saja siswa tersebut sangat menolak gagasan wali kelasnya tersebut. Ia tidak sudi...