3

109 26 12
                                    

"Woi, Yeol! Lo dipanggil sama Pak Reza buat ke ruangannya, noh!" Seru teman sekelas Yeol sambil menghampiri Yeol.

Hadeh, pasti soal peer-mentoring-enggak-berguna itu deh! Keluh Yeol dalam hati sambil menghela napas.

Yeol mengalihkan pandangannya dari buku tebal yang sedang ia baca ke oknum yang sedang berdiri di sebelah kursinya, yaitu Orlando.

Orlando si bocah berkulit putih seperti vampir, yang memiliki tampang ganteng dan tinggi yang hampir menyaingi Yeol. Yeol sebetulnya biasa saja sama bocah ini karena dia enggak kayak anak-anak cowok lainnya, yang berisik dan hobi berkoar-koar omong kosong. Namun, entah kenapa Yeol selalu menganggap Orlan sebagai salah satu saingannya dan ia terkadang juga suka kesal sama Orlan karena sering dibilang sebagai murid tertampan.

Padahal kan gue lebih ganteng daripada si vampir-pucat-kekurangan-darah itu!

Maklum deh, kayaknya sifat kompetitif Yeol itu sudah sangat mendarah daging, sampai-sampai soal muka aja dijadikan kompetisi. Huuuf.

Yeol beranjak dari kursinya dan keluar dari kelas untuk pergi ke ruangan Pak Reza, tanpa basa-basi berterima kasih ke Orlan. Orlan pun tampak cuek dan enggak tersinggung sama sekali dengan sikap Yeol yang enggak bersahabat itu. Bahkan, kalau ada tugas kelompok di kelas mereka, yang membutuhkan 3 orang anggota, Orlan selalu mengajak Yeol — yang enggak punya teman itu — untuk bergabung dengan kelompoknya dan Icing.

Lagian, lumayan juga sekelompok sama makhluk cadas dan ambis, 'kan? Bisa dijadiin tulang punggung kelompok, huahahahahhaha! Pikir Orlan. Intinya, dia enggak membenci Yeol, seperti siswa-siswa lainnya. Begitu pun dengan gengnya Orlan. Mereka enggak benci sama Yeol, cuma kadang kesel sih kalo pas si Yeol bertingkah sengak.

...

Tok, tok, tok.

"Masuk," sahut Pak Reza dari dalam ruangannya.

Yeol memasuki ruangan Pak Reza, yang sudah sangat familiar baginya akhir-akhir ini. Bayangkan saja, dalam sehari minimal dua kali Yeol wajib datang ke ruangan ini karena Pak Reza hobi banget menyuruhnya datang ke ruangan tersebut dan enggak ada bosan-bosannya membujuk Yeol untuk bersedia menjadi peer mentor bagi makhluk terbebal yang pernah Yeol temui, yaitu Wila.

Tanpa menunggu dipersilakan duduk oleh Pak Reza, Yeol langsung duduk dengan santai di kursi sebrang Pak Reza. Yeol menatap guru barunya itu — yang sudah 4 hari menjadi wali kelasnya — dengan tampang bete dan bosan, yang tidak ia sembunyikan sama sekali.

Pak Reza terkekeh melihat kejujuran Yeol dalam bersikap. "Yeol, kamu pasti bosan kan ketemu saya mulu?"

Yeol hanya mengangguk dengan ekspresi datarnya.

Lagi-lagi Pak Reza terkekeh melihat tingkah jujur Yeol. "Yeol, tapi saya sama sekali enggak bosan untuk membujuk kamu menjadi peer mentor bagi Wila. Kamu tahu itu, 'kan?"

Yeol mendengus kesal sambil mengerlingkan kedua mata beloknya.

"Saya sudah bilang ke kamu. Kamu itu murid paling cerdas yang pernah saya kenal. Hebatnya lagi, kamu juga multitalenta banget." Puji Pak Reza jujur dengan sedikit harapan bahwa Si Tiang Heartless itu akan sedikit meluluh.

Yeah, kalau itu sih udah jelas banget, Pak!

"Kamu mungkin sudah mengetahui beberapa talenta yang kamu miliki, selain di bidang akademik. Misalnya, basket, menyanyi, rap, menulis lirik, dan lain-lain," ucap Pak Reza sambil tetap tersenyum ramah. "Tapi, saya menyadari satu talenta lainnya yang ada pada kamu, namun belum kamu sadari," ucap Pak Reza sok misterius.

Geeky & Silly [WENYEOL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang