|Park Jisung || Proses

92 57 64
                                    

○ Happy Reading__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○ Happy Reading__________

Dibantu vote dan komen
Terimakasih

.
.
.
.
.

Proses

"Dia menjengkelkan, dan sulit diberi atur. Lee haechan." Melihatnya saja sudah membuatku kesal melebihi kekesalanku pada jisung.

"Merepotkan" ucapku yang menjatuhkan kepala keatas meja.

Jam istirahat 30 menit ku manfaatkan untuk tidur tanpa harus memikirkan pelajaran selanjutnya.

Plak

"Bentar lagi pelajaran bu ismi. Jangan sampek lu bikin orangnya emosi lagi, mending lu belajar pakek catetan gue" ujar haechan yang menjatuhkan buku catatannya diatas kepalaku.

"Belajar atau tidak hasilnya akan sama bagi gue, jadi biarin gue tidur aja" jawabku yang membuang buku catatan itu dari atas kepala.

"Ck, tinggal baca apa susahnya sih anak bontot!" Ujarnya yang kesal dan menarik cepat rambutku untuk menegakkan badan.

"Liat nih caranya! Baca pelan pelan, pahami, diresapi, pasti lu bisa" ujarnya yang menuding nuding ke bab yang akan dipelajari.

"Emang lu udah paham?"

"Enggak, khokkkk" jawaban singkat darinya yang membuat emosiku bertambah, dengan wajah polosnya yang berpura pura kembali tidur.

Bug

"Lee haechan, lu dari tadi pagi kok bikin gue emosi terus? Gak ada kerjaan lain lu?" Tanyaku yang memukul punggungnya hingga berbunyi.

"Aa, panass. Gila lu ya?! Tangan lu...kecil?"

Bug

"Lengan guee, aaaghhh"

"Lu lakik apa banci si chan? Lembek banget, lebih mirip lemper lu" ejekku yang melihatnya dengan mengerutkan alis.

"Ya mikir lah, tangan lu kecil kecil tapi pedes"

"Bodoamat, intinya lu lembek"

"Lu sini yang gue pukul, mau lu?"

"Coba aja"

"Ck...untung lu cewekk, kalo gak gue bejek bejek lu jadi sambel terasi"

"Anceman anak kecilll, noob!"

Haechan yang kehabisan ucapan hanya menahan kesalnya dengan memainkan lidahnya dan mendorong pipinya dari dalam menggunakan lidah. Menggeleng dan terdiam tak menatapku sama sekali.

"Bu ismi, bu ismi" ujar penjaga pintu yang berlari memberikan pemberitahuan.

Buku telah disiapkan dan kembali membetulkan duduk masing masing saat guru mulai datang. Seperti biasa diawal pembelajaran guru mengabsen satu per satu siswa dan mulai memberikan materi lebih dulu.

Silent || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang