FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA💕
- - -
Religi - Romance.
Zulaikha tidak pernah menyangka jika ketertarikannya pada salah satu anak didiknya di TK tempatnya mengajar malah mendatang seorang jodoh untuknya.
Ibrahim, anak yang paling pendiam itu membuat r...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udara sejuk langsung menyapa permukaan tubuh Yusuf. Pria itu baru saja kembali dari musholla terdekat untuk melaksanakan Shalat Subuh berjama'ah dengan warga setempat. Yusuf tersenyum memandang arah luar dari kamar penginapannya, pemandangan indah yang menyejukan mata. Meski Matahari belum terbit sepenuhnya, tapi cahaya samar yang terlukis di langit membuat pemandangan tampak indah dan menawan. Belum lagi dengan posisi kamar yang berada di lantai dua, membuat Yusuf bisa melihat sedikit lebih jauh dalam posisi setinggi ini.
Yusuf menikmati semua pemandangan indah ini seorang diri, Ibrahim masih terlelap dengan nyaman di atas ranjang. Udara yang sejuk membuat Ibrahim tidur dengan sangat nyenyak sekali. Jujur, Yusuf senang berada di Kampung ini. Meski belum genap satu hari ia berada di daerah ini, tapi Yusuf sudah merasa betah sekali. Entah bagaimana, Yusuf langsung merasa nyaman ketika bermalam di Daerah ini. Mungkin karna udara sejuk nun segar yang ada di Kampung ini hampir tidak pernah Yusuf rasakan ketika berada di Jakarta yang padat polusi. Paling hanya sesekali jika cuaca sedang Hujan.
Selain suasana yang sangat nyaman, warga sekitar juga sangat ramah sekali. Terbukti saat Yusuf dan Bilal pergi shalat subuh berjama'ah tadi. Yusuf dan Bilal keluar dari penginapan untuk mencari Musholla terdekat, lalu ketika bertanya kepada penjaga keamanan di penginapan ini, mereka tidak hanya di berikan informasi, tapi juga di antarkan hingga sampai di tujuan. Padahal sepertinya, arah rumah bapak penjaga itu dengan Musholla berlawanan.
Dan ketika di Musholla tadi, warga yang juga hendak Shalat berjama'ah menyapa mereka dengan ramah. Berkenalan dan berbincang ringan usai Shalat Subuh selesai. Dan mereka kembali ke penginapan ketika sang surya hendak kembali menduduki tahtanya.
Yusuf benar - benar merasakan perbedaan yang sangat jauh antara suasana di Kampung ini dengan di Jakarta. Jakarta memang seru dan menakjubkan, gairah jiwa muda mendominan suasana dan gaya hidupnya, belum lagi dengan berbagai teknologi serta fasilitas modern yang tersedia juga banyak membantu kehidupan manusia yang bermungkim disana. Berbeda dengan di Desa, gaya hidupnya masih sangat sederhana, mayoritas di penuhi oleh berbagai peraturan orang tua yang masih bersifat tradisional. Banyak juga pekerjaan di lakukan secara manual, hanya beberapa saja yang menggunakan teknologi modern. Itupun mungkin bisa di hitung dengan jari.
Namun meskipun begitu, Yusuf tetap merasa Kampung ini jauh lebih unggul di banding Jakarta yang telah ia tinggali selama bertahun - tahun. Hal yang sulit di jabarkan, tapi bisa dengan sangat jelas di rasakan.
"Papa?" suara serak seorang anak kecil menarik kembali jiwa Yusuf ke dalam tubuhnya.
Yusuf lekas membalikan badan dan melihat ke sumber suara, ternyata Ibrahim sudah terjaga dari tidurnya. Anak itu duduk dengan lunglai seraya mengusap sebelah matanya. Sepertinya, kesadaran Ibrahim masih perlu di kumpulkan sedikit lagi agar dapat mencapai seratus persen.
"Iya jagoan?" jawab Yusuf dengan langkah mendekat.
"Udah pagi ya? Papa udah pulang shalat Subuh ya? Papa kok gak bangunin Ibra sih? Ibra kan mau ikut pergi shalat Subuh," tanya Ibrahim dengan suara seraknya.