Isabella
Isabella duduk di pinggir ranjangnya yang merapat pada jendela kamar. Matanya terus melihat ke arah awan hitam yang mungkin sudah lebih dari tiga jam menghiasi langit. Cuaca sejuk yang di iringi hujan deras membuat Isabella tidak bisa pergi keluar rumah. Padahal, ia ingin sekali pergi melihat Ibrahim di rumah orang tua Yusuf.
Setelah pengabaian dari Yusuf kemarin, Isabella masih belum berani untuk kembali menampakkan wajahnya di hadapan pria itu. Ekspresi dingin yang Yusuf perlihatkan padanya juga sudah cukup untuk membuat Isabella mengerti jika kini, Yusuf benar-benar muak padanya. Tanpa perlu di jelaskan kembali, Isabella juga sadar pada semua kesalahan yang telah ia perbuat. Oleh karena itu, ia pun merasa cukup sadar diri untuk tidak terlalu mendesak Yusuf mengabulkan permintaan nya.
Isabella tahu dirinya salah, dan ia juga paham dengan perasaan Yusuf yang mungkin merasa tidak rela untuk melihat Ibrahim bertemu dengan wanita yang pernah mencampakkan mereka berdua. Namun, Isabella tentu tidak akan menyerah. Ia tidak mendesak bukan berarti ia sudah berhenti berharap. Isabella akan terus berusaha untuk bicara pada Yusuf agar mengizinkannya bertemu dan menghabiskan beberapa waktu bersama Ibrahim.
Isabella menghela nafas lelah. Dengan malas, ia berdiri dari posisi duduknya dan melangkah menuju ruang tengah. Isabella menarik sebuah ember yang penuh dengan air. Setelah itu, ia mengganti ember penuh tadi dengan ember kosong. Hal itu Isabella lakukan untuk menampung air hujan yang masuk ke dalam rumahnya.
Rumah yang Isabella sewa memang bukanlah sebuah rumah mewah yang memiliki taraf kenyamanan terjamin. Melainkan sebuah rumah yang bahkan dapat di sebut kurang layak untuk di tempati. Rumah ini memiliki banyak sekali lubang pada atapnya. Hal itu membuat Isabella harus waspada jika cuaca sedang hujan deras. Ia harus rajin berulang memeriksa semua ember-ember yang digunakan untuk menampung kebocoran. Karna jika tidak, rumah itu bisa penuh dengan air hujan.
Tidak berhenti sampai di sana, rumah ini juga memiliki lantai yang sangat buruk. Lantai di rumah ini tidak di lapisi oleh keramik, melainkan hanya lantai dengan semen biasa. Itu pun juga tidak sempurna. Terdapat banyak sekali keretakan bahkan lubang pada lantainya, sehingga Isabella harus selalu berhati-hati jika sedang hilir mudik di dalam rumah itu. Namun semuanya terdengar masuk akal setelah mengetahui harga yang ditawarkan oleh tuan tanah.
Isabella membayar biaya sewa yang sangat - sangat murah untuk rumah tersebut. Jadi karna biayanya yang sangat murah, Isabella pun tidak dapat mengajukan komplain. Mendapatkan rumah dengan biaya sewa yang sangat murah saja sudah membuat Isabella bersyukur karena ia bisa menghemat uangnya untuk biaya hidup yang lain. Terlebih, untuk sementara ini, ia masih belum mendapatkan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Latar belakang pendidikannya memang seorang sarjana, namun di usianya yang sudah mendekati kepala tiga ini, Isabella masih belum memiliki pengalaman bekerja sebab tepat setelah lulus kuliah, ia sudah sibuk dengan dunia pernikahan dan kehamilan. Tak lama setelah Ibrahim lahir pun, Isabella juga langsung pergi ikut dengan suami keduanya pindah keluar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZULAIKHA
RomanceFOLLOW DULU YA SEBELUM BACA💕 - - - Religi - Romance. Zulaikha tidak pernah menyangka jika ketertarikannya pada salah satu anak didiknya di TK tempatnya mengajar malah mendatang seorang jodoh untuknya. Ibrahim, anak yang paling pendiam itu membuat r...