0-4 Penyendiri

1K 92 2
                                    


Peneyndiri.

Peneyndiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokk.. Tokk..

"Masuk!" Pintu kayu bercat Coklat itu terbuka dan masuklah seorang pria bersetelan jas formal kedalamnya. Pria itu menunduk sopan lalu mengucapkan salam kepada wanita seorang yang berusia sekiar 50 tahunan itu.

"Assalamu'alaikum, Bu!" Ujar pria itu.

"Wa'alaikumsalam. Bapak Yusuf, benar?"

"Benar, bu. Saya Yusuf, ayahnya Ibrahim." Ujar Yusuf dengan sopan.

"Silahkan duduk dulu, pak. Perkenalkan saya Windari, kepala TK ini."

Yusuf menganggukan kepalanya lalu duduk disalah satu sofa yang ada di ruangan itu. Sejujurnya ia tidak tau kenapa kepala TK ini menghubunginya secara mendadak hari ini. Untunglah jadwalnya hari ini tidak begitu padat, jadi ia bisa langsung datang saat kepala TK ini menghubunginya tadi.

"Maaf, bu. Sebenarnya ada apa ya? Apa anak saya membuat masalah?" Tanya Yusuf langsung. Ia sangat penasaran dengan alasannya ia di panggil ke ruang kepala TK ini. Yusuf tidak yakin jika anaknya terlibat perkelahian atau semacamnya.

"Begini pak, saya mendapat laporan jika kondisi Ibrahim di TK ini kurang baik. Bukan karena kelakuannya yang nakal atau bagaimana, justru Ibrahim tergolong yang anak sopan dan patuh. Tapi yang menjadi masalah adalah, Ibrahim sangat sulit berbaur dengan teman – temannya. Ibrahim lebih suka menyediri dan berada jauh dari lingkungan yang ramai. Setiap jam istirahat, ketika anak lainnya sedang bermain, Ibrahim selalu duduk di pojok lapangan seorang diri. Dari laporan evaluasi murid yang saya terima dua bulan belakangan ini, perkembangan sosialisasi Ibrahim masih sama. Anak bapak masih sulit untuk berbaur dengan teman – temannya. Jadi saya pikir, apakah Ibrahim juga seperti ini saat di rumah? Maksud saya, apakah Ibrahim memang tipe anak yang pendiam atau bagaimana?" Jelas Windari.

Yusuf terlihat bingung mendengar penjelasan Windari barusan. Pasalnya, Ibrahim tidak seperti yang Windari jelaskan. Ketika di rumah, Ibrahim sama seperti anak lainnya. Anaknya itu sangat aktif dan banyak bertanya. Maka dari itu, Yusuf sedikit tidak percaya jika di TK ini, Ibrahim berubah menjadi sosok yang pendiam dan penyendiri. "Jujur saya sedikit tidak percaya mendengar penjelasan anda barusan. Karena di rumah, Ibrahim sangat aktif dan bahkan tergolong cerewet. Selama ini, saya sama sekali tidak tau jika anak saya seperti itu di TK ini."

"kalau begitu, maaf sebelumnya, apa di rumah sering terjadi pertengkaran? Bukan maksud saya untuk mencampuri urusan rumah tangga anda. Tapi seperti yang kita tau, jika permasalahan internal yang di saksikan langsung oleh anak dapat mengakibatkan trauma tersendiri, atau menjadi pemurung seperti yang tampak pada diri Ibrahim ketika dia di TK ini."

Yusuf tersenyum miris mendengar penuturan Windari barusan. Bukan karena pertanyaan Windari itu benar adanya, melainkan karena sebaliknya. Tidak pernah terjadi pertengkaran antara dirinya dan sang istri, sebab apa? Sebab dirinya dan sang istri sudah bercerai sejak Ibrahim baru menginjak usia 4 bulan. Jujur saja, Yusuf masih merasa miris ketika mengingat hal itu. Tidak ada angin, tidak ada hujan mantan istrinya itu tiba - tiba mengajukan gugatan cerai dengan alasan kondisi ekonomi Yusuf yang sangat lemah. Tanpa menoleh kebelakang, mantan istrinya itu langsung pergi dengan pria kaya usai hakim memutuskan jika mereka resmi bercerai. Wanita itu meninggalkan Yusuf dengan Ibrahim yang menangis dalam gendongan ibunda Yusuf yang ikut menghadiri sidang perceraian.

ZULAIKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang