Karakter KartunZulaikha membereskan semua barang yang ada diatas mejanya. Wanita berkhimar panjang itu berencana untuk pulang usai membereskan barang - barang di mejanya. Setelah beberapa menit berlalu, akhinya seluruh barang yang ada di atas mejanya sudah kembali tertata rapi.
Waktunya pulang.
Zulaikha berjalan munuju pintu keluar, namun suara salah satu rekan sesama gurunya membuat langkahnya langsung terhenti. "Zulaikha!" Panggil orang itu.
Zulaikha menoleh. Ternyata yang memangilnya adalah Mbak Dewi. Salah satu seniornya sebagai guru di TK ini. "Ada apa, Mbak?" Tanya Zulaikha langsung ketika ia mendapati wajah Dewi memancarkan raut kepanikan. Di sampingnya juga ada anak kecil yang ia ketahui bernama Ibrahim.
"Begini Ikha, hari ini ibu mertua mertua mbak masuk rumah sakit karena serangan jantung. Mbak harus segera kesana karna suami mbak sedang berada di luar kota. Tapi, Ibrahim belum pulang karena papanya bilang, beliau akan sedikit terlambat karena ada sedikit urusan. Mbak mau_"
"Mbak pergi saja sekarang. Biar Ibrahim aku yang menemani." Potong Zulaikha cepat.
Mendengar jawaban Zulaikha, Dewi langsung bernafas lega. Awalnya ia juga bingung harus bagaimana. Ia pikir semua guru sudah pulang, namun syukurlah karena ternyata Zulaikha masih ada di dalam Kantor. "Makasih banyak ya, Zulaikha. Tolong sampaikan permintaan maaf Mbak ke papanya Ibrahim juga ya. Mbak pamit dulu. Assalamu'alaikum." Ujar Dewi lalu pergi dengan tergesa - gesa.
"Wa'alaikumsalam. Fii Amanillah, Mbak." Ujar Zulaikha pelan.
Kini tatapan matanya beralih pada sesosok anak kecil yang beridiri tak jauh darinya. Tepat dua meter di depannya, ada Ibrahim yang berdiri tenang sambil mengendong tas di punggung kecilnya. Kemeja serta rompinya masih tertata sangat rapi pada tubuh mungil anak itu, sangat jauh berbeda dengan kebanyakan anak didiknya yang lain ketika sudah menunjukkan waktu pulang. Yah, wajar saja. Ibrahim memang tidak banyak beraktifitas. Anak itu lebih dominan duduk diam sambil memperhatikan kondisi sekelilingnya dan tidak melakukan apa - apa.
Sambil tersenyum, Zulaikha mendekati Ibrahim. Lalu ia berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuh mereka. "Ibrahim haus, nak?" Tanya Zulaikha. Ibrahim tidak bersuara, anak itu hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan gurunya.
Zulaikha menatap manik mata Ibrahim dengan penuh kasih sayang. Entah kenapa, Zulaikha merasa jika dirinya memiliki kewajiban serta tanggung jawab yang besar untuk membantu Ibrahim agar anak itu bisa lebih rajin bersosialisasi dengan semua anak di Tk. "Ya sudah kalau gitu, ayo kita kedepan. Kita tunggu papa Ibra didepan." Ujar zulaikha dengan lembut. Zulaikha mengengam tangan mungil Ibrahim lalu menuntun anak itu berjalam menuju halaman depan TK.
Setibanya didepan TK, Zulaikha dan Ibrahim duduk di kursi yang berasa dibawah rindangnya pohon beringin. Karena cuaca yang sedikit mendung, angin yang berhembus pun terasa lebih sejuk. Zulaikha diam dan begitu pula dengan Ibrahim. Kedua anak manusia yang berbeda umur itu saling diam dan sibuk memperhatikan kendaraan yang berlalu - lalang. Tidak ada yang berbicara diantara mereka, suara yang terdengar saat ini hanyalah suara hembusan angin yang menerpa dedaunan di atas kepala mereka dan suara riuh dari jalan raya yang berjarak sekiar 15 meter didepan sana. Jika mereka berdua memiliki umur yang sama, orang lain yang melihat kondisi saat ini pasti akan mengira jika mereka adalah sepasang suami-istri yang saling merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZULAIKHA
RomansaFOLLOW DULU YA SEBELUM BACA💕 - - - Religi - Romance. Zulaikha tidak pernah menyangka jika ketertarikannya pada salah satu anak didiknya di TK tempatnya mengajar malah mendatang seorang jodoh untuknya. Ibrahim, anak yang paling pendiam itu membuat r...