Plak!
Malika terdiam. Tidak percaya pada apa yang baru saja dirinya lakukan. Ia menatap telapak tangan yang sudah memerah, terasa sakit, tapi rasa bersalah dan kaget lebih mendominasi. Ia beralih melihat cowok yang baru saja ia tampar.
"Sakit ya?" tanya Malika khawatir. Ia mendekat seraya memegang pipi cowok tersebut. Gila! Bekas jiplakan tangan Malika terpampang jelas di sana dengan warna merah yang mulai muncul. "Maaf."
"Akh!" Mata Malika membola seketika tatkala merasakan rambutnya yang ditarik kencang ke arah belakang.
"Sakit, Gama!"
"Lo pikir bisa ngelawan gue?!"
"Sakit!" ringis Malika. Bisa dipastikan setelah ini rambut Malika akan rontok. Bagaimana tidak? Gama, sang pelaku malah mengencangkan jenggutan di rambutnya ketika mendengar rintihan Malika.
"Gama stop!"
Seakan tuli, cowok itu makin mengencangkan tarikannya pada rambut Malika. Menarik kuat hingga tangannya terasa penuh. "Gue nggak bakal mulai kalo lo nggak nampar gue, bangsat!"
"Aku juga nggak bakal nampar kamu kalo kamu nggak ngatain aku jalang!"
"Emang lo jalang!" tekan Gama sambil menarik kuat rambut Malika lagi.
"GAMA!!!"
Malika menatap tak percaya cowok yang satu ini. Dia bilang Malika itu jalang? Mohon perhatian sebentar, apakah ada yang menyebut pacarnya sendiri jalang hanya karena menuruti permintaan cowok itu? Malika rasa tidak ada, hanya seorang Gama Eswangga yang begitu.
"Aku bukan jalang!" bentak Malika. Napasnya memburu, ia sampai harus berjinjit dengan wajah mendongak akibat tarikan Gama yang semakin menguat pada rambutnya.
"Kamu gila!"
"Ya! Gue emang gila!"
Karena geram, Malika kembali menampar pipi Gama meski sedikit susah, setelah itu ia balas menjenggut rambut cowok itu tak kalah kuat dari Gama. "Inget ya, aku nggak bakalan dicium sama Saka kalo kamu nggak maksa aku buat jalan sama dia!" teriak Malika tepat di kuping Gama dengan penuh tekanan.
Hening beberapa saat, tangan Gama yang menarik rambut Malika juga sudah terlepas, menyisakan penampilan rambut yang kusut dan mengembang.
"Fuck!"
Malika kembali tersentak. Cowok ini, benar-benar cowok gila yang sayangnya sangat Malika cintai. Bagaimana tidak? Setelah melepaskan tangan dari rambut Malika, tiba-tiba saja Gama meninju tembok secara kasar bersamaan dengan umpatan yang keluar dari bibirnya. Yang membuat Malika terkejut bukan main adalah tembok itu berada tepat di samping wajahnya, karena posisi Malika yang di himpit oleh Gama ke tembok.
"Kamu—"
"Bangsat!"
Malika menutup mata kala cowok itu kembali meninju tembok. Ia menahan napas dengan detak jantung yang berdetak kencang. Menelan ludah dengan susah payah. Tangannya juga mengepal di bawah sana. Tuhan, Malika takut.
Gadis itu memanjatkan doa dalam hati, berharap agar didengar sesegera mungkin oleh Sang Pencipta. Ia tidak ingin menerima umpatan atau perlakuan kasar dari Gama.
Karena merasa tidak ada lagi pergerakan, Malika membuka mata dengan hati-hati. Betapa terkejutnya ia saat Gama kembali melayangkan tinjuan, kali ini berbeda. Tinjuan itu sedikit mengenai kuping Malika.
"Gam—"
Lagi-lagi perkataan Malika terputus karena perbuatan Gama yang di luar nalar. Cowok gila itu memang tidak tahu cara menggunakan otak dengan benar. Dia dengan teganya menarik tubuh Malika hingga cewek itu jatuh tersungkur di samping tempat tidur.
Belum sempat Malika membenarkan diri, Gama kembali menarik Malika hingga sang empu menjerit. Bukan, bukan tarikan tidak manusiawi dari Gama yang membuat dia menjerit, tapi karena kepalanya terbentur ujung meja belajar di pojok sana.
Untuk beberapa saat, Malika merasakan dunia berputar. Pandangannya kabur. Kepalanya pusing dan dahinya sedikit nyeri. Rasa hangat di kepala Malika membuat dirinya yakin jika sekarang kepala cewek itu sudah mengeluarkan darah.
"Lo pantes dapetin itu, tapi gue sadar kali ini gue keterlaluan."
Samar-samar Malika mendengar ucapan Gama. Ia tersenyum pahit. Dasar bajingan! Malika tak pernah percaya jika ia bisa mencintai cowok semacam ini. Cowok gila yang akan memarahinya. Cowok egois yang tak suka miliknya disentuh. Cowok yang dengan entengnya melukai seseorang.
Dapat ia rasakan tangan Gama yang mengambil alih tubuhnya. Menggendong Malika menuju tempat tidur yang sudah berantakan akibat pertengkaran mereka tadi.
"Tunggu di sini."
Cowok itu pergi ke luar. Mengambil kotak pertolongan pertama dan segera mengobati luka Malika. Mengoleskan obat betadine dan menutup luka itu dengan plester. Lucu bukan? Dia yang melukai, dia juga yang mengobati. Ini bukan hal yang baru bagi Malika. Perlakuan kasar Gama sudah sering ia rasakan. Anehnya perlakuan itu tak membuat Malika membenci Gama, ia justru merasa semakin dalam mencintai sosok gila tersebut.
"Peluk aku," pinta Malika.
Gama menurut. Bergerak memeluk Malika yang bersandar pada headboard dengan erat. Kepalanya masuk ke ceruk leher gadis itu, menghirup aroma tubuh Malika. Tak lupa kecupan-kecupan kecil yang ia berikan pada leher gadisnya.
"Maaf."
"Dimaafin lagi."
Malika membalas pelukan Gama tak kalah erat. Menghela napas lalu menghirup udara malam yang terasa dingin. Dapat ia rasakan usapan lembut dari Gama di punggungnya. Ia tersenyum simpul.
"Kamu benar-benar definisi bajingan, Gama."
"Kamu cowok brengsek."
"Cowok nggak punya perasaan," ungkap Malika terang-terangan.
"Tapi dengan begonya aku malah jatuh cinta sama kamu," sambung gadis itu.
Malika kembali tertawa hambar. Dia mengencangkan pelukan pada tubuh sang kekasih. Mencium pipi Gama yang tadi ia tampar hingga memerah bukan main.
Hubungan mereka, memang seaneh itu.
hola!
i'm assa and love called assa or luv. please don't call me thor, min, or anything else, ya babe😉PLIS BANGET INI MAH SOALNYA AKU UDH MUAK DIPANGGIL 'THOR THOR THOR'
jadi pengertiannya tolong nee😊😽
ini cerita pertamaku, yang masih banyak kurangnya. but, ofc! aku akan usahakan yang terbaik.
terima kasih sudah membaca cerita ini, semoga menetap sampai di akhir cerita💖
biggest love,
assa 💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...