Dingin dan tidak berekspresi, wajah itu terlihat sangat menyeramkan saat ini. Rahang yang menegas membuat Malika yakin jika cowok itu sedang menahan emosi. Tatapan matanya sedari tadi tak luput memandangi tubuh Malika dari atas sampai bawah.
"Gama...."
"Mandi terus ganti baju!"
Tuh kan, benar apa kata Malika. Gama saat ini sedang marah kepadanya. Bagaimana ini? Saat ini Malika tidak ingin berdebat apalagi bertengkar dengan cowok itu.
Sekali lagi ia menatap wajah cowok itu, masih belum menunjukkan wajah damai. Baiklah, Malika akan mandi lalu berganti baju seperti yang disuruh Gama.
Ia berjalan sedikit terburu-buru ke kamar mandi. Melakukan ritual mandi seperti perempuan pada umumnya. Walau saat ini suhu dingin, Malika justru merasakan air yang mengalir di kulitnya hangat. Ya, itu semua terjadi karena ia baru saja bermain hujan-hujanan bersama Ocha. Itu juga penyebab Gama memusuhinya.
Mulut mungil itu bersenandung ria, dia mengoleskan sabun ke tubuhnya. Mata cewek itu terpejam menikmati guyuran air shower. Setelah selesai, ia membersihkan sabun-sabun tersebut. Mengeringkan badan lalu menggulung rambutnya dengan handuk kecil ke atas.
Malika menatap pantulan dirinya setelah memakai setelan baju tidur berwarna biru cerah. Oh bibirnya sampai berubah warna menjadi ungu, kenapa Malika tidak menyadarinya?
"Cepetan!"
Malika tersentak bukan main mendengar ucapan sinis itu. Ia segera melangkahkan kaki ke luar. Terlihat Gama yang sudah berdiri dengan tatapan penuh interogasi.
"Lama banget, dasar lelet!"
Malika melongo. Gama kapan sih nggak sensian? Tiap hari kalo nggak marah, ngamuk, ya pasti sensi kerjaannya!
Malika akhirnya memilih untuk mengambil sup ayam yang hangat di atas meja. Cewek itu duduk dengan mata berbinar. Cuaca dingin seperti ini memang sangat pas memakan sup hangat.
Tanpa menghiraukan tatapan Gama, Malika mengambil suapan pertama. Rasanya sangat nikmat! Ia kembali mengambil suapan untuk kedua kalinya.
"Gama mau?"
Gama tidak bisa menolak. Gadis itu tidak seperti menawarkan, tapi memaksa. Lihat saja, sendok berisikan sup ayam hangat itu sudah masuk ke mulutnya saat ini.
"Kalo gue nolak juga udah lo jejelin," balas Gama.
"Tapi kamu telen," jawab Malika dengan tidak tahu diri. Gadis itu kembali menghabiskan sup ayam hangat tersebut hingga tetes terakhir.
"Udah?"
Malika mengalihkan pandangan, menganggukkan kepala lalu mengelap bibirnya. "Udah, kenapa?"
"Dengerin," ucap Gama sambil membenarkan gulungan rambut basah Malika.
"Umur lo berapa sekarang?"
"Em, kalo nggak salah 17," jawab Malika pelan. Sambil menatap heran Gama
"Good. Udah gede kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...