Sekarang Malika dan Gama sedang berada di UKS, dengan Gama yang setia menggenggam tangan Malika. Cowok itu diam tanpa berniat membuat ulah lagi, berbeda dengan Malika yang gusar di atas brangkar.
Jika kalian mengira alasan mereka berdua di sini karena ingin mengobati Malika atau pun Gama, kalian salah besar. Mereka di sini karena Ocha yang pingsan. Gadis itu memang aneh. Setelah marah-marah pada Gama, Ocha mendadak kehilangan kesadaran akibat melihat Gama yang mencium hidung penuh darah milik Malika.
"Ocha kapan bangunnya sih?" tanya Malika. Keadaanya sudah membaik. Hidung gadis itu juga sudah berhenti mengeluarkan darah. Hanya saja bajunya sudah bercampur dengan warna merah yang mendominasi. Ia menutupi itu dengan jaket Gama.
Pandangan gadis itu beralih pada Gama, ditariknya wajah babak belur itu. Malika meringis ngilu. "Mau diobatin?"
"Nanti aja," jawab Gama singkat.
Memang, Gama jarang mau diobati jika bukan di rumah atau rumah sakit. Entah alasannya apa, Malika tak pernah menanyakan soal itu.
"Cha!" Malika segera membantu sang sahabat untuk duduk. Ia memberikan segelas air putih dan menyuruh gadis itu meminumnya.
Ocha tampak linglung karena kesadaran yang belum pulih sepenuhnya. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal seraya memandangi lingkungan sekitar. Mata gadis itu berhenti tatkala melihat ada Gama. Dia bergidik ngeri.
"Lo gapapa?"
"Gapapa," jawab Ocha sambil menggelengkan kepala. Malika duduk di sebelah Ocha. Memegang kening cewek itu untuk memastikan apakah dia terkena demam atau tidak.
"Gue kayaknya bakal gila."
Ucapan itu membuat Malika mengerutkan kening tidak paham. "Maksud lo?"
"Gue bener-bener ngeri!" histeris Ocha.
"Ka, lo nggak ngerasa takut sama Gama? Dia manusia bukan sih? Jelas-jelas idung lo berdarah, tapi malah dia cipok gitu," bisik Ocha. Ia menatap penuh selidik pada Gama. Saat Gama menatap balik, Ocha terkejut hingga kepalanya terbentur dinding.
"Aduh! Pala gue!"
"Lebay lo," kata Gama lalu pergi meninggalkan ruangan berbau obat itu. Jangan tanyakan ke mana Gama akan pergi, karena pastinya bukanlah ke kelas.
"Nah denger nggak apa kata Gama tadi? Lo lebay," ulang Malika menahan tawa.
"Jahat lo, Ka. Gue sahabat lo juga!"
••
"Lo ngapain balik?"
"Ini rumah gue kalo lo lupa."
"Rumah Papa kita," koreksi Saka. Cowok itu berbaring lemas di sofa panjang berwarna abu-abu. Beberapa minuman dan cemilan ringan tersedia di atas meja. Bungkus-bungkus dari cemilan yang sudah habis berserakan di bawah lantai. Sepertinya, cowok itu baru saja mengerjai para pengurus rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...