SMA Manggala dihebohkan dengan kabar kecelakaan dari salah satu muridnya. Kecelakaan cukup besar itu nyatanya menyorot perhatian publik sampai-sampai pihak sekolah kewalahan karena didatangi oleh wartawan juga reporter. Hal tersebut membuat kegiatan sekolah terhambat.
Saat ini, para guru sedang mengadakan rapat darurat guna menemukan solusi dari permasalahan itu. Semua kelas dari pagi hingga siang ini, belum dihadiri guru seorang pun. Meskipun begitu, mereka sudah berpesan kepada murid-murid SMA Manggala agar tetap berada di kawasan sekolah untuk keamanan bersama.
Namun berbeda dengan dua murid ini. Mereka justru menerobos keramaian di depan gerbang sekolah menggunakan motor ninja hitam yang terlihat gagah. Wajah kedua orang tersebut tidak terlihat akibat helm yang digunakan.
Mereka adalah Saka dan Malika. Mereka sepakat untuk keluar dari area sekolah setelah berbicara cukup lama. Tujuannya jelas, ke rumah sakit tempat dimana Gama berada.
Jalanan cukup ramai kala itu. Saka dengan keahlian mengemudinya melewati beberapa titik macet. Meski harus membuat Malika memejamkan mata dan memegang erat ujung baju seragam Saka.
Tibalah mereka di bangunan putih yang berdiri kokoh dengan halaman yang luas. Saka menuntun Malika menuju ruangan yang dihuni oleh Gama.
"Kenapa lo nggak dateng tadi malem?" tanya Saka.
Masih dalam keadaan berjalan, Malika mengitari mata ke sekitar. "Gue nggak tau."
Jawaban singkat itu membuat langkah Saka berhenti. Saka mengamati wajah Malika. "Tapi Lingga telepon lo waktu itu, Malika. Dia ngasih tau lo kalo Gama kecelakaan."
Mata mereka akhirnya bertemu. Saka menemukan kejanggalan pada Malika. Gadis itu terlihat biasa saja, seolah-olah kabar Gama yang kritis saat ini bukanlah masalah besar baginya.
"Gue nggak tau," jawab gadis itu kukuh.
"Hey, what's wrong?"
Pertanyaan lembut dari Saka justru menghantarkan sesuatu yang begitu menyengat dalam diri Malika. Gadis itu kembali membuang muka. Menjelajah ke sekeliling, apa aja. Asalkan tidak berhadapan dengan wajah Saka.
Namun tangan besar yang tiba-tiba menarik lembut tangan Malika, membuat dia menoleh. Langsung berhadapan dengan wajah Saka yang menatap lekat Malika.
"Lo berantem lagi sama Gama?"
Malika tertawa singkat. "Berantem gimana, sih? Gue aja udah nggak punya hubungan apa-apa lagi sama dia."
"Tapi lo nggak kayak Malika yang biasanya," sergah Saka.
"Malika yang kayak gimana, hah? Yang selalu sabar, nggak pernah ngelawan, bahkan diem aja waktu disakitin? Semua orang berubah, Saka!" Gadis itu menyentak tangan Saka kasar.
Malika menarik napas pelan. Dia kehilangan kontrol lagi. Seharusnya tidak perlu menunjukkan emosi yang berlebihan seperti ini. Saka tak perlu tahu.
"Cukup kasih tau gue di mana Gama," ucap gadis itu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...