Ingat ucapan Gama yang menyuruh Malika jalan bersama Saka?
Iya, mau tak mau Malika harus menuruti. Seperti saat ini, Malika diam memperhatikan layar besar yang masih menampilkan film. Sesekali suara orang-orang tertawa terdengar, tapi Malika hanya diam tanpa ekspresi. Cowok di sebelahnya bahkan sudah beberapa kali tertawa terbahak-bahak hingga popcorn yang berada di genggamannya tumpah. Di sini sangat gelap, membuat perasaan Malika sedikit tidak karuan.
Saka, cowok yang duduk di sebelah Malika mulai merasa heran. Ia menoleh ke samping, terlihat Malika yang hanya memandang lurus tanpa ekspresi. "Lo kenapa?"
"Gapapa," jawab Malika sambil menggelengkan kepala.
Tanpa terasa film terus berjalan hingga berakhir. Semua orang yang berada di bioskop keluar, begitu pun dengan Malika dan Saka. Keduanya melewati lorong gelap dalam diam. Malika berjalan lebih dulu, sementara Saka mengikuti di belakang. Sesungguhnya, Saka ingin menggenggam tangan manis itu, tapi ditahan. Saka ingin menikmati hari Minggunya tanpa ada kekacauan.
"Mau ke mana lagi?"
Malika menatap wajah Saka. Meski tidak ada raut marah, tapi tatapan dari Malika seperti memberikan sinyal permusuhan.
"Lo maunya ke mana?"
"Nggak tau," jawab Malika seadanya.
Saka menggaruk leher belakangnya, bingung akan ke mana sekarang. Cowok itu melihat kanan dan kiri, seperti mencari tempat menarik yang akan mereka kunjungi. Saat sudah menemukan tempat tersebut, Saka langsung menarik lengan Malika. Tentu itu membuat Malika terkejut, tapi gadis itu mencoba untuk menutupinya.
"Toko buku?"
Gadis itu mengerutkan kening. Hei, siapa pun tahu jika seorang Saka Lemuel tidak suka membaca buku. Saka sama seperti Gama, mereka lebih baik pergi ke area balapan dari pada membaca buku. Entah memang karena takdir atau hubungan darah, menurut Malika kedua manusia itu sangatlah mirip. Sikap maupun watak, mereka bagai anak kembar meski terlahir dari rahim yang berbeda. Bahkan jika melihat dari postur tubuh, kalian akan sulit membedakan Saka dan Gama dari belakang.
"Hei? Kenapa malah melamun? Terpesona sama ketampanan gue ya?"
Lamunan Malika buyar seketika, terlebih saat merasakan usapan halus di pipinya. Ia mendesis tidak suka. Malika mundur beberapa langkah agar tangan Saka terlepas. "Kita ngapain ke sini?"
"Bikin 1000 candi."
Malika kembali menampilkan ekspresi tidak sukanya.
"Bercanda sayang, kita ke sini buat beli buku lah. Nggak mungkin kan kita bikin 1000 candi di sini? Tapi kalo lo mau gapapa si," kata Saka jenaka.
Malika langsung mencubit perut cowok itu. Kesal rasanya harus mendengar jawaban nyeleneh seperti itu.
"Sakit tau, gue cium lo!" Saka mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...