5 jam sebelumnya.
Jakarta berada di suhu 26° malam ini. Langit terlihat yang lebih gelap sehingga sang bulan tertutup sebagian. Semilir angin yang sedari tadi tak berhenti ke sana dan ke mari, menambah kecemasan Aldian yang belum juga bisa pulang ke rumah.
Tepat pukul 10.30 laki-laki dewasa itu akhirnya bisa berada di depan gerbang rumahnya. Aldian bergegas masuk dan memarkirkan mobil dengan rapi. Tak sabar untuk menemui sang adik yang mampu membuat Aldian tidak fokus selama beberapa jam sebelumnya.
Langkah lebar itu sedikit terganggu tatkala melihat pintu rumah yang terbuka lebar, tetapi tak ada seorang pun. Dahi Aldian menyerngit bingung.
Perasaan cemas membawa Aldian segera memasuki pintu tersebut. "Malika? Kenapa pintunya-"
Mulut Aldian tak dapat melanjutkan kalimatnya lantaran mata tajam laki-laki dewasa tersebut menangkap sosok asing dengan penampilan kacau berada di dalam rumah. Sedang memeluk rakus tubuh Malika.
Oh itu bahkan tidak terlihat seperti pelukan, itu namanya berupaya meremukkan adiknya!
"Malika!"
"Kakak...."
Segera saja Aldian pisahkan pelukan penuh tenaga itu. Ketika sudah terlepas, Aldian sigap memeriksa Malika dari ujung kepala hingga kaki. Namun baru sampai kepala, mata tajam itu sudah menemukan luka di sudut bibir. Pipi Malika pun sedikit bengkak dengan warna merah mendominasi.
Dua luka.
Mata itu turun lagi dan langsung terpaku melihat ruam merah di leher sang adik. Aldian tidak sebodoh itu untuk menyadari bahwa itu bisa jadi bekas cengkeraman yang terlalu kuat. Atau mungkin lebih parah.
Cekikan.
Mendidih sudah emosi Aldian. Dia berbalik dan langsung menarik kerah baju yang Gama kenakan. Mencengkeram kuat, seraya memberikan tatapan tajam.
"Apa yang udah kamu lakuin ke Adik saya, Gama?"
Suara berat itu nyatanya tak mendapat balasan apapun dari si lawan. Aldian yang tak puas berakhir mendorong kuat tubuh Gama sebelum melayangkan satu tinjuan penuh tenaga kepada orang yang berani menyakiti Malika.
Akibat aksi Aldian tadi, tubuh Gama sedikit limbung dan harus mundur beberapa langkah. Cowok itu merilekskan rahang saat masakan sakit yang teramat di pipi sebelah kirinya.
"Berani banget kamu sakitin dia. Kamu siapanya? Merasa punya hak untuk melakukan itu?"
Lagi dan lagi, tidak ada jawaban.
"Jawab saya!" teriak Aldian sambil menampar pipi Gama.
Merasa belum cukup, Aldian kembali memberikan pukulan di wajah Gama. Tidak kalah kuat dari pukulan sebelumnya. Bahkan Gama rasakan kali ini hidungnya perlahan mengeluarkan carian merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...