Menjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal.
Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sini Malika berada, di bawah pohon beringin tua yang teduh. Mulut gadis itu sedari tadi asik mengunyah batagor sambil sesekali bertanya kepada sang penjual. Mereka langsung bisa akrab dalam waktu yang singkat.
"Kalo Bapak biasanya jualan ke mana?"
"Nggak jauh Neng, paling sekitaran sini. Saya udah tua, nggak bisa jalan jauh-jauh."
Malika mengangguk membenarkan. Si bapak tersebut memang sudah terlihat seumuran dengan satpam sekolahnya, yah kira-kira usianya 50 tahun. Malika mengalihkan pandangan ke arah pintu makam, menanti seseorang yang belum juga terlihat.
"Bapak tinggal di sekitar sini?" tanya Malika lagi.
Sang penjual mengangguk. "Iya, saya merantau dari kampung. Ngeliat anak gadis seperti kamu ngingetin saya sama anak saya di kampung."
Malika jadi tertarik, mengelap sudut bibirnya yang belepotan. "Anak Bapak seumuran sama saya?"
"Enggak, dia masih SMP. Tapi sebentar lagi masuk SMA," jelasnya.
"Oh, berarti beda dua tahun sama saya. Saya jadi penasaran sama anak Bapak, pasti lucu." Malika tersenyum untuk menghibur sang penjual yang terlihat sedih. Terlihat dari tatapan matanya, kerinduan itu begitu besar. Sungguh beruntung anaknya bisa mendapatkan seorang ayah seperti bapak ini. Berbeda dengan Malika, dia rasa ... dia tidak seberuntung itu.
"Malika!"
Cewek itu mencari asal suara tegas yang baru didengarnya. Gama, sang pelaku langsung menyeret lengan Malika saat sudah berada di depan gadis itu.
"Ih tadulu, aku belum bayar!"
Malika melepaskan tangannya dari cekalan Gama. Dia kembali menghampiri sang penjual yang terlihat kebingungan. "Ini Pak, terima kasih ya. Kembaliannya ambil aja."
"Eh makasih Neng. Butuh bantuan nggak?"
Malika diam beberapa detik. Mengerjapkan mata saat menyadari arti dari ucapan sang penjual. "Dia pacar saya Pak, tenang aja. Dia baik. Cuma emang gitu, galak."
Belum sempat sang penjual menjawab ucapan Malika, tangan cewek itu sudah ditarik lagi oleh Gama. Malika sampai tersandung beberapa kali akibat langkah kakinya dan Gama yang berbeda.
"Pelan-pelan!"
Malika menggeram kesal karena tidak dihiraukan. Langsung membuka pintu mobil dan menutupnya keras-keras.
Biarkan saja, siapa suruh tidak mau mendengarkan Malika?
Gadis itu menyenderkan badan sepenuhnya, menghirup aroma jeruk yang begitu dominan. Pendingin mobil juga sudah menyala begitu Malika masuk. Matanya terpejam, Malika sedang mencoba untuk tidak peduli kepada Gama.
"Gue mau ngomong."
Tidak ada sahutan. Sudah Malika bilang, kan? Dia akan bersikap acuh kepada cowok bernama Gama.