09 | I Love You

3.6K 147 5
                                    

Malika berdiri mematung melihat pantulan dirinya di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malika berdiri mematung melihat pantulan dirinya di cermin. Ia masih mengenakan baju polos berwarna ungu muda dengan celana pendek di atas lutut. Cewek itu sedari tadi menggigit bibir bawahnya tanpa sadar.

"Ini gimana ya?"

Setelah berpikir sebentar, Malika memutuskan untuk mencari ponselnya untuk menelepon seseorang. Ia berjalan ke luar kamar mandi.

Mata Malika mengamati sekitaran kamar yang sedikit berantakan. Dapat! Ia segera mengambil benda pipih itu, membuka salah satu aplikasi, dan menghubungi Gama.

"Angkat Gama..."

Nihil. Panggilan pertama tidak terjawab. Malika segera menghubungi kembali nomor cowok itu. Kali ini harus diangkat!

"Ih!" kesal Malika karena cowok itu kembali menolak panggilan. Tidak ingin menyerah begitu saja, Malika kembali mencoba untuk menelepon Gama.

"Nah!" Malika girang bukan main. Ia diam sebentar sebelum kembali bicara.

"Gama kamu udah bangun?"

"Gam?"

Malika tidak mendengar jawaban dari seberang sana. Ia mengerutkan kening bingung. Mata cewek itu beralih menatap jam yang menempel di dinding.

"Jangan bilang kamu belum siap-siap ya?" tanya Malika.

Malika ingin mengumpat rasanya. Ia segera memutuskan panggilan sepihak dan berlari ke luar kamar. Dari tangga, terlihat Aldian yang sedang memakai dasi.

"Kakak!"

Malika tergesa-gesa menuruni tangga. Ia mengatur napas agar lebih tenang.

"Kok kamu belum siap-siap?" bingung Aldian memperhatikan penampilan Malika yang belum memakai seragam putih abunya.

"Seragam aku di apartemen Gama semua," jawab Malika.

Aldian terlihat terkejut sebentar sebelum mengatur kembali ekspresi wajahnya. "Nggak ada sama sekali di sini?"

Malika menggeleng. "Aku bawa semua seragamnya di sana."

Aldian menepuk jidat. Segera pria dewasa itu mengambil dua roti yang sudah diolesi selai cokelat. Ia memberikan satu roti tersebut kepada sang adik.

"Kita ke apartemen Gama. Kakak anterin kamu ke sana, nanti kamu berangkat sama Gama aja," jelas Aldian.

Malika kembali mengangguk. Ia kembali berlari menuju kamar untuk mengambil tas dan keperluan sekolah lainnya. Tak lupa memakai kardigan sepanjang lutut untuk menutupi paha mulusnya.

"Ayo, Kak!"

••


Pandangan Malika menelisik kamar Gama yang masih berantakan, tak jauh berbeda dengan kamar milik Malika. Ia mendesis kecil kala melihat Gama yang masih terkubur di bawah selimut.

Really BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang