35 | The Rumors

3.3K 159 21
                                        

"Hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati-hati. Kalau merasa nggak enak langsung hubungi Kakak, ya?"

Dengan tangan yang sibuk membetulkan isi tasnya, Malika kembali mengangguk sebagai jawaban untuk sang kakak. Terhitung, ini adalah pengulangan ketiga dari pesan Aldian. Pertama diucapkan ketika mereka masih di rumah, lalu yang kedua ketika mobil mereka berhenti sejenak karena ramainya jalan raya, dan yang terakhir baru saja diucapkan.

Malika memberikan senyum andalannya. Dia tahu Aldian masih belum rela untuk mengizinkan sang adik kembali belajar. Namun, Malika tidak bisa izin lebih lama lagi.

"Aku baik-baik aja, Kak. Kakak bisa pegang omongan aku, janji!" ucap Malika penuh keyakinan.

Aldian mengelus puncak kepala Malika sayang. "Kakak cuma khawatir. Kamu masih kelihatan kurang sehat."

"Aku udah sehat. Nih, liat! Aku bahkan bisa lari keliling lapangan!"

Aldian tertawa kecil mendengar jawaban itu. Lalu sekali lagi mengelus puncak kepala gadis itu. Membawa tubuh kecil sang adik ke dalam dekapannya sebentar.

"Kakak sayang kamu."

"Aku juga sayang Kakak."

Lantas acara berpelukan itu tersudahi. Malika mengambil tangan kanan Aldian untuk dia salimi. Menyandang tas berwarna biru cerah di punggungnya sebelum membuka pintu mobil.

"Aku sekolah dulu ya, Kak. Dadahh!" pamit Malika.

Aldian membalas lambaian tangan Malika dari dalam mobil. Lelaki matang itu tidak melepaskan matanya dari sosok sang adik hingga Malika terlihat memasuki gerbang dan semakin jauh tak terlihat.

Aldian menghembuskan napas pelan. Semoga adiknya baik-baik saja.

••

Koridor sekolah masih sepi melompong. Mata Malika hanya menangkap satu atau dua siswa yang berlalu lalang. Padahal ini adalah hari Senin. Hari dimana seharusnya koridor sekolah sudah ramai, bahkan lapangan luar sudah terisi sebagian. Namun, hari ini terasa begitu sepi.

Kaki jenjang Malika terus berjalan menelusuri koridor itu hingga dia berbelok, melewati lorong yang menjadi akses untuk masuk ke lapangan dalam. Malika terus berjalan sempai akhirnya menaiki tangga satu per satu untuk menuju kelasnya.

Secara tiba-tiba, pundak Malika ditepuk. Segera gadis itu menengok untuk melihat siapa sang pelaku.

"Hai!!" sapa Malika gembira.

Ocha menaikkan sebelah alis keheranan. "Ceria banget?" tanya gadis itu menyuarakan isi hatinya.

Malika hanya tersenyum sambil mereka terus melanjutkan langkah menaiki tangga.

"Ya gapapa, gue seneng bisa ketemu lo lagi. Emang nggak boleh? Gue kan kangen sama lo, Cha."

"Ya elo sih ngilang lama banget. Gue sampe bingung harus pergi ke kantin sama siapa, nanya jawaban pr sama siapa, diskusi kelompok sama siapa. Asal lo tau aja, semingguan ini kerjaan gue ngobrol sama bangku lo, tau nggak!" oceh Ocha. Gadis itu kemudian menarik napas panjang setelahnya.

Really BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang