Udara malam menerpa wajah gadis berparas ayu yang sedang menyantap susu kotak rasa vanila. Helai rambutnya tak henti-henti mengayun mengikuti semilir angin.
"Ini jam berapa?" tanyanya.
"Sepuluh lewat lima menit, kita tunggu sebentar lagi. Lo ngantuk?"
Orang di hadapan gadis itu memperhatikan dengan lamat. Ia mengelus puncak kepala Malika. "Kalo ngantuk tidur di sini aja," lanjut Gama sambil menepuk tempat di sampingnya.
Malika menggeleng. Dia mengerutkan kening sambil sedikit menekuk bibirnya. "Mau nungguin Kak Al, lagian aku belum terlalu ngantuk."
Kali ini Malika mengalihkan pandangan menuju lintasan pesawat yang masih kosong melompong sedari tadi. Hampir satu jam mereka menunggu kakak Malika di bandara ini, tapi sang empu belum juga menampakkan diri.
Mungkin karena faktor cuaca yang mendung membuat penerbangan menjadi sedikit terganggu. Malika maklumi, lagi pula Aldian pasti akan kembali dengan selamat. Walau sejak tadi hatinya tidak bisa berbohong jika ia resah bukan main.
"Nggak jadi, aku ngantuk," ralat Malika.
Gama tertawa singkat mendengarkan pengakuan Malika. Dengan suka rela ia menyediakan bahunya sebagai penopang kepala Malika. Cewek itu mencari posisi senyaman mungkin sebelum bersiap menuju alam mimpi.
"Nanti kalo Kak Al udah sampai bangunin ya? Aku pasti bakal bangun. Aku pengen meluk Kak Al nanti," jelas Malika.
Gama mengangguk sebagai jawaban. Tangannya terulur mengusap kepala gadisnya sambil membisikkan beberapa kalimat pengantar tidur untuk Malika.
"Tidur yang nyenyak, gue jagain lo di sini."
Setelah kata itu terdengar, Gama merasakan napas Malika yang teratur. Secepat itukah Malika tertidur? Apa rasa kantuk yang ia tahan terlalu banyak?
"Lo tau, Ka? Cuma di saat liat lo tidur, gue merasa ketenangan. Mata, hidung, mulut, itu semua keliatan sempurna di wajah lo. Gue nggak pernah merasa seberuntung ini bisa kenal sama cewek kayak lo."
Gama tersenyum nanar melihat luka lebam berwarna biru yang mulai pudar di kepala Malika. "Di sisi lain gue merasa jadi bajingan nggak tau malu yang selalu minta lo tetep di sisi gue, padahal jelas gue sering kasar sama lo."
"Lo adalah satu kesalahan yang terlalu gue cintai, Ka."
••
"Kak Al!" pekik Malika kegirangan. Ia segera menerjang sang kakak dengan pelukan erat.
"Kangen banget! Kenapa Kak Al lama banget sih kerja di Kalimantan nya? Aku jadi ditinggal sendiri," ucap Malika.
"Kan ada Gama," jawab Aldian. Ia balas memeluk erat Malika. Rasa rindu di dadanya terbayar sudah saat melihat sang adik yang tidur sangat pulas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Novela JuvenilMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...