03 | Dimaklumi lagi?

5.7K 239 12
                                    

Menghela napas kasar, Malika mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang berada di club

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghela napas kasar, Malika mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang berada di club. Matanya tak luput dari seorang cowok di seberang sana.

"Lo yakin?"

Malika mengangguk mantap. Keputusannya sudah bulat, ia akan menunggu Gama hingga cowok itu ingin pergi dari tempat berdosa ini. Walau dalam hati Malika ragu ia akan sanggup, tapi tak apa. Malika tak akan tahu bagaimana hasilnya jika belum mencoba, bukan?

"Gue temenin," ujar Lingga.

Mereka hanya diam, menatap dua cowok yang sedang mabuk di seberang sana. Awalnya Malika sedikit sungkan saat Lingga menawarkan untuk pergi bersama ke tempat ini, tapi saat mendengar ada Gama di sana, tanpa pikir panjang Malika langsung mengiyakan. Malika kira, tempat ini akan sepi karena hujan yang cukup deras, akan tetapi tempat maksiat ini tetap ramai dalam kondisi apa saja.

"Ini ... emang biasa rame ya?"

"Biasa. Ini belum rame si, nanti semakin malem bakal bejibun." Lingga tertawa ringan menanggapi mimik lucu Malika. Dia mengambil satu gelas minum yang di sodorkan oleh salah satu pelayan.

"Apalagi tengah malam, ini tempat udah kayak pasar, Ka. Banyak manusia berdosa, termasuk gue." Cowok itu menyengir sebelum menenggak minuman yang tadi ia minum sekali lagi.

"Oh. Itu apasih?" tanya Malika penasaran. Ia menunjuk gelas berukuran kecil yang Lingga pegang.

"Jangan. Bahaya kalo lo mau. Cukup liat aja, nggak perlu pengen coba."

"Ih orang gue cuma nanya, salahnya di mana? Kecuali gue nanya sambil nyosor ngambil minuman itu trus gue minum," balas Malika tidak terima.

Lingga kembali tertawa. Membawa Malika ke club sama saja seperti membawa bocah umur lima tahun. Masih polos dan tidak tahu apa-apa.

"Ini wine." Cowok itu memberitahu.

Malika langsung tersedak, padahal sedari tadi ia belum minum apapun. Matanya menelisik dengan cermat benda itu. Setelahnya ia meringis, membayangkan tenggorokannya menerima minuman penuh dosa itu. Malika menggelengkan kepalanya.

"Emang enak? Gue ngebayangin itu minuman masuk ke tenggorokan aja nggak bisa, ini malah lo minum."

"Enak, bagi gue. Kalo lo jangan," kata cowok itu. Ternyata Lingga tidak ada bedanya dengan Langit dan Gama. Ketiganya sma-sama suka mabuk, pantas saja mereka menjadi teman. Tuhan, kenapa Malika harus hidup di sekitar cowok pemabuk?

"Nih, mending lo minum." Lingga memberikan satu kaleng minuman berwarna oranye.

Malika sontak mendorong minuman kaleng itu hingga hampir jatuh dari meja. Matanya mendelik tidak terima atas apa yang Lingga berikan. Enak saja, Malika masih punya otak!

"Gue bukan golongan orang yang suka mabok, apalagi coba-coba. Makasih, tapi buat lo aja," tegas Malika cepat.

Lingga tertawa hingga hampir jatuh dari duduknya. "Ini isinya jus jeruk anjir. Gue nggak bakal berani ngasih lo macem-macem. Bisa abis gue di tangan Gama," jelas Lingga.

Really BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang