"Why am i so obsessed with your lips?"
"Ya ... mana aku tau," jawab Malika sambil menahan senyum.
"Karena lo candu."
Jawaban super simpel itu berhasil membuat Malika membuang wajah. Malika yakin jika sekarang pipinya sudah bersemu merah. Degup jantungnya sendiri bahkan bisa dia dengar, apakah Gama juga mendengarnya?
Ah tidak bisa! Malika tidak bisa berhenti tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Ingin menjerit, tapi tidak ingin membuat kerusuhan seperti tadi.
"Look at me, babe," bisik Gama.
Gama mengambil alih dagu Malika, menuntun gadis itu untuk menatap wajahnya. Mata mereka bertubrukan beberapa sekon hingga tubuh Malika oleng. Gama mendorong tubuh Malika ke belakang hingga terpentok pintu mobil yang tertutup rapat. Menghimpit tubuh kecil itu sehingga tidak ada jarak di antara mereka.
Gama memiringkan wajah dengan senyum kecil.
"Satu kali aja," pinta Gama lembut.
Kala Gama kembali mendekatkan wajahnya, Malika sudah pasrah akan keadaan. Dia bahkan sudah menutup mata rapat-rapat. Deru napas Gama mulai menerpa wajah Malika. Tentu bulu kuduk gadis itu langsung meremang, seperti ada yang mengalirkan listrik di tubuh Malika.
Hingga tinggal sedikit lagi, ketukan di kaca mobil tiba-tiba terdengar.
"Kacang, kuacinya, Kak?"
••
Lingga memasukkan satu bakso berukuran cukup besar ke dalam mulut, mengunyahnya secara tidak pelan dan berantakan. Udara di sekitarnya terasa panas sekali saat ini, terlebih melihat sosok cewek yang duduk di hadapan Lingga."Lo kenapa nggak bareng Malika aja sih?"
Ocha melirik sinis. "Seterah gue, badan-badan gue, kenapa lo yang ribet? Emang gue nyusahin lo?"
"Terserah, Beb, terserah," koreksi Barat. Tangan cowok itu masih sibuk bergerak lincah memainkan handphone yang menampilkan sebuah game. Tidak peduli dengan pertarungan antara Lingga dan Ocha yang tidak ada habisnya.
"Ekhem!"
Naomi sedikit menahan senyum mendengar itu. Ya Tuhan, setelah hampir tiga bulan bersama mereka, Naomi jadi gemas sendiri. Ocha dan Barat sama sekali tidak ada perkembangan, mereka terjebak di antara hubungan yang katanya 'teman'.
"Suruh pacar lo pergi sana, gue males liat mukanya!" Lingga melempar sendok yang baru saja digunakan untuk membawa kuah bakso ke dalam mulutnya ke arah Barat. Mungkin nanti Lingga akan kebingungan bagaimana cara agar memakan bakso itu, tapi masa bodolah, Lingga sudah terlanjur melemparnya.
"Jorok banget lo! Kalo gue nanti kena rabies karena liur lo gimana? Lo mau biayain pengobatan gue?"
Ocha dan Naomi terkikik geli hingga menepuk-nepuk meja, berbanding terbalik dengan Lingga yang berwajah masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...