34 | Pembelaan

2.6K 138 18
                                    

Setelah dua hari menetap di rumah sakit, akhirnya Malika bisa pulang pada hari setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua hari menetap di rumah sakit, akhirnya Malika bisa pulang pada hari setelahnya. Kondisi gadis itu sudah cukup baik. Ia hanya perlu menjaga pola makan dan jangan banyak berpikir yang berat.

Mereka—Aldian dan Malika—sudah sampai di rumah saat ini. Aldian mengambil cuti selama tiga hari, meskipun begitu Malika kadang masih kedapatan Aldian yang tengah malam masih terjaga dengan laptopnya. Malika merasa bersalah akan hal itu. Pasti Aldian sangat lelah harus menjaganya dan tetap bekerja.

"Kakak duduk aja dulu, rapih-rapihnya nanti. Aku mau makan bolu ini bareng Kak Al," pinta Malika.

Iya, mereka membeli kue bolu cokelat setelah pulang dari rumah sakit. Malika yang meminta.

"Oh, yaudah."

Sang kakak kembali menaruh beberapa barang yang sudah dia keluarkan dari tas. Tas itu berisi beberapa baju ganti dan perlengkapan mandi yang mereka bawa selama menginap di rumah sakit.

"Kakak cobain deh, rasanya manis. Enak, nggak bikin enek," bujuk Malika.

Malika menyuapkan sepotong bolu ke mulut Aldian. Aldian menerima dengan baik sambil tersenyum. Setidaknya Malika sudah tidak menangis seperti kemarin lagi. Aldian merasa cukup lega.

"Enak kan?" tanya gadis itu. Masih menanyakan pendapat Aldian tentang bolu.

"Enak. Kalau mau, setiap bulan kita beli."

Reflek Malika menggelengkan kepalanya. Mulut penuh Malika yang baru saja terisi bolu cepat-cepat ia kunyah.

"Jangan, Kak! Buat apa?" panik gadis itu.

Aldian mengelas senyum pada Malika, lalu tangannya mengelus pelan kepala gadis itu. "Buat kamu lah. Kamu keliatan suka banget sama bolu cokelat."

Malika geleng-geleng kepala sambil menahan senyum. Iya, Malika memang menyukai bolu cokelat ini. Ia bahkan berpikir untuk memasukan makanan tersebut ke daftar makanan favoritnya.

"Nggak usah, Kak. Lagian ini udah cukup. Nggak perlu sampe beli tiap bulan," elak Malika.

Aldian menganggukkan kepala tanda menyetujui. Mereka saat ini sudah duduk di sofa yang menghadap televisi. Sofa panjang nan empuk itu membuat tubuh Malika dan Aldian yang sedikit letih merasa nyaman.

"Kalo kamu emang suka, Kakak seriusan akan beliin tiap bulan," kata Aldian lagi. Kembali membujuk. Ia masih membahas bolu cokelat yang membuat mulut Malika tidak bisa berhenti mengunyah.

Lantas Malika memukul pelan tangan kakaknya. Malika suka bolu ini karena memang enak dan teksturnya yang sangat lembut. Namun, bukan berarti Aldian harus membelikannya rutin setiap bulan. Malika hanya takut ia menjadi bosan karena terlalu sering.

"Nggak usah ih! Aku kan nggak minta dibeliin setiap bulan?"

Aldian terkekeh gemas melihat ekspresi wajah Malika yang memajukan bibirnya. Lelaki itu menarik Malika hingga gadis itu jatuh bersender pada tubuh Aldian. Ia tidak membalas lagi perkataan Malika. Hanya diam dan sesekali tangan lelaki matang itu mengelus puncak kepala adiknya sayang. Terus berulang seperti itu hingga tanpa sadar Malika terlelap.

Really BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang