Hari Minggu, hari yang sudah dinanti-nanti oleh banyak orang. Apa lagi alasannya jika bukan karena hari tersebut semua pekerjaan diliburkan?
Sama seperti kebanyakan orang, Gama memilih untuk diam di kasur. Menyelami bunga tidur hingga lupa waktu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang, tapi cowok itu masih enggan untuk bangun. Biarlah, hari ini Gama tidak ada rencana melakukan apapun.
Tiba-tiba dering ponsel mengganggunya. Mau tak mau Gama membuka mata lalu menarik tombol hijau di ponsel. Suara perempuan langsung menyambut dari sana.
"Baru bangun? Pasti iya."
Gama hanya mendengarkan gadisnya berceloteh sendiri. Dia kembali menutup mata dengan tangan yang masih setia memegang ponsel didekat kuping supaya suara Malika bisa dia dengar dengan baik.
"Udah makan belum? Pasti belum, kamu kan baru bangun."
"Aku bingung deh, kenapa kamu suka banget bangun siang kalo hari libur? Olahraga Gama! Biar badan kamu sehat," cerocos Malika.
Tidak ada balasan, elakan, ataupun sahutan dari Gama. Cowok itu hanya bergumam mengiyakan agar Malika terus berceloteh. Walau berisik, itu terdengar seperti alunan pengantar tidur untuk Gama.
"Di sana ada makanan atau semacamnya nggak? Kalo nggak—"
"Lo ke sini aja. Sekalian izin nginep ke Kakak lo," sela Gama cepat.
Sementara Malika yang berada di seberang sana mengerutkan kening sambil menahan senyumnya. "Kenapa? Kamu kangen ya sama aku?"
"Nggak."
"Halah, pasti bohong. Kangen tinggal bilang, kenapa susah banget sih bagi kamu?"
"Bacot. Cepetan dateng ke sini, gue laper."
"Nggak mau ah. Aku kan bukan babu kamu. Kalo mau sesuatu, coba minta yang bener."
Gama menyeringai dalam tidurnya. Dia masih enggan bangun dari kasur empuk itu. Lengan sebelah kirinya Gama jadikan sebagai bantal, sementara mata cowok itu mulai terbuka.
"Gue laper. Mau nggak lo ke sini trus bawain gue sarapan, Sayang?"
Uhuk!
Tepat sasaran.
Gama tertawa lantang. Merasa cukup puas dengan reaksi Malika yang sesuai dengan perkiraannya. Gadis itu pasti sedang memegang dadanya yang berdetak gila-gilaan. Wajah merah merona. Dan mata yang akan terus berkedip dalam beberapa sekon.
"K-kamu—"
"Aku laper, Sayang. Where's my breakfast?" potong Gama dengan suara basah serak, ciri khas bangun tidur.
"Ih Gama!!"
Teriakan malu-malu yang berasal dari seberang sana tak ayal membuat tawa Gama semakin menggelegar. Meskipun harus menerima beribu makian setelahnya, Gama rela demi mendengar suara Malika yang terdengar malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...