Saka merasakan pelukan pada pinggangnya mengerat, dia sedikit melirik pada kaca spion lalu senyum kecil itu muncul. Sepertinya Malika memilih untuk mencoba tidur selama Saka mengendara, terlihat dari gadis itu yang menyembunyikan wajah di pundaknya.
Tujuan mereka adalah rumah Malika. Karena sudah terlalu larut, sepanjang jalanan ini sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.
Saka semakin menaikkan kecepatan motor agar cepat sampai, agar Malika bisa beristirahat dengan nyaman pula. Meski begitu, pikirannya kadang melayang pada peristiwa beberapa saat yang lalu. Saka menebak-nebak alasan mengapa Gama meninggalkan Malika dan malah pergi bersama Naomi. Apa mereka baru saja bertengkar? Jika iya, bertengkar karena apa?
Tanpa terasa tibalah mereka di depan gerbang rumah Malika. Saka memegang tangan Malika yang berada di perutnya lalu tersenyum.
"Sampai kapan lo mau meluk gue, Ka?"
Terasa sedikit pergerakan dari sana. Benar tebakan Saka, Malika tidak sepenuhnya tidur. Malika masih menyimpan sedikit kesadaran.
"Ayo gue anter," kata Saka.
Cowok itu segera menggandeng tangan Malika, membawa Malika masuk ke rumah itu seperti dialah sang pemilik rumah. Mereka berhenti tatkala pintu rumah terbuka sendiri, lalu berdirilah sosok tegap yang sepertinya ingin keluar.
"Loh, Malika?"
Malika langsung memeluk tubuh tegap milik Aldian, mengabaikan keberadaan Saka saat ini. "Kakak mau kemana?"
"Kakak mau ketemu sama temen Kakak sebentar. Kalo kamu? Bukannya tadi izin mau nginep sama Gama?"
Malika sedikit meringis, tapi segera menutupi itu dengan senyuman manisnya. "Nggak jadi, Gama ada urusan katanya."
"Oh, terus dia siapa?" tanya Aldian.
Saka sedikit menunduk sebagai tanda hormat. "Saya Saka—"
"Temen sekelasnya Malika, Kak," potong Malika. Malika takut Saka mengatakan hal aneh yang bisa memperkeruh suasana.
"Ya udah Malika mau masuk dulu, cape banget pengen langsung tidur. Oh iya, makasih ya Sak udah nganterin gue."
Saka tertawa pelan mendengar ucapan Malika yang seperti mengusir halus dirinya. Tapi memang Saka harus lekas pergi, dia masih punya sedikit urusan. Saka berpamitan pada Aldian dan Malika lalu melenggang pergi menggunakan motonya.
Sementara Aldian dan Malika sudah masuk. Sebelum pergi ke kamar, Malika menyempatkan diri ke dapur. Mungkin segelas susu sebelum tidur akan membuat hatinya membaik, meski Malika tidak yakin itu akan berguna. Dia duduk di meja makan dengan pandangan kosong. Di kepala gadis itu terdapat beribu pikiran yang berkabut, membuat Malika menghela napas kasar.
"Kamu kenapa sampe buang napas kasar gitu?"
Aldian dateng tiba-tiba, membuat Malika tidak siap mengatur ekspresi wajahnya. Kakaknya itu duduk di sebelah Malika, mengambil gelas lalu mengisinya dengan air putih. "Mau cerita?" tawar Aldian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Badboy
Teen FictionMenjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...